Beritakalteng.com, SAMPIT- Dalam rangka memperingati hari jadi Museum Kayu ke 15 Tahun, berbagai kegiatan pun digelar. Dimana, salah satu kegiatannya adalah Seminar Strategi Pengembangan Museum Kayu Sebagai Wisata Edukasi di Sampit.
Kegiatan ini terlaksana, atas kerjasama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kotawaringin Timur (Disbudpar Kotim), bersama dengan Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya (FAPERTA UPR), bertempat di Gedung Serba Guna Sampit, Senin (16/09).
Sekda Kotim Halikinoor SH MM, yang mewakili Bupati Kotim H Sopian Hadi menyampaikan, tujuan kegiatan ini sejalan dengan program kerja pemerintah kabupaten, yang menginginkan Sampit menjadi daerah tujuan wisata terdepan di Kalteng.
“Melalui seminar ini, diharapkan dapat menggali potensi dan strategi, pengembangan museum kayu sebagai wisata edukasi di Sampit. Dimana hal itu, sejalan dengan program kerja pembangunan di Sampit, untuk menjadi wisata terdepan di Kalteng,” katanya.
Baca Juga : 3 Putri Kalteng Tampil Memukau di Grand Final Miss Earth Indonesia 2019
Disisi lain, pada kesempatan itu, pemateri seminar Renhart Jemi menyampaikan hasil kajiannya, yaitu berkenaan strategi pengembangan museum kayu di Sampit.
“Hendaknya, museum kayu dapat membuka kesempatan seluas-luasnya, untuk bekerjasama dengan berbagai lembaga terkait, untuk membuat beberapa program kegiatan yang berbasis milenial, serta memperbaiki sejumlah sarana prasarana yang ada,” kata Jemi menyarankan.
Lebih lanjut, Jemi menuturkan, pentingnya kerjasama yang melibatkan berbagai pihak, dalam bentuk program berbasis milenial, hal itu diharapkan sebagai salah satu upaya edukasi kepada kaum muda, untuk lebih memperkenalkan, sekaligus mengajak anak-anak muda yang energik, agar lebih mencintai adat istiadat, kearifan lokal dan sumber daya kayu yang ada di Kalteng, khususnya di Sampit.
Baca Juga : Peningkatan Infrastruktur Dorong Kesejahteraan Masyarakat Lokal
Hal senada disampaikan oleh Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Kotim, H Suparmadi SE MM mengutarakan rekomendasinya, agar adanya kerjasama antara Disdik Kotim dengan Disbudpar Kotim.
“Kerjasama tersebut, misalnya kunjungan sekolah-sekolah ke museum kayu. Dan, di sekolah-sekolah juga diberikan materi muatan lokal berkenaan dengan pengenalan kekayaan sumber daya kayu yang ada di Kalteng, terutama varian kayu yang terdapat di daerah Kotim,” kata H Suparmadi SE MM.
Disisi lain, perwakilan Museum Lambung Mangkurat Banjarbaru, Slamet Hadi Triyanto SPd MHum mengatakan, museum kayu harus berfungsi sebagai lembaga yang mengumpulkan, melindungi dan mengembangkan koleksi, berbagai kayu untuk dapat dimanfaatkan, diantaranya dalam rangka turut memajukan wisata dan edukasi.
“Peran museum, selain sebagai wadah edukasi sejarah, juga dapat berkontribusi untuk daya tarik sekaligus menjadi destinasi wisata. Oleh karena itu, perlu adanya pengelolaan secara berkesinambungan, dan itu harus dilakukan dengan konsisten,” ucapnya.
Sementara itu, perwakilan Disbudpar Kalteng Yerson SPd MHum mengatakan bahwa idealnya, suatu museum yang handal harus diperkuat dengan sumberdaya manusia, yang memiliki kompetensi pada bidangnya.
“Dengan daya dukung sdm yang berkompetensi pada bidangnya, maka saya yakin pengelolaan museum kayu, akan dapat lebih baik, sehingga memiliki daya tarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara,” tutupnya.
Harapannya, museum kayu ini dapat semakin di kenal, tidak hanya di tingkat nasional, tapi juga di dunia internasional.
Sebagai informasi tambahan, seminar ini juga diikuti oleh kalangan pelajar, mahasiswa, perwakilan SOPD, perwakilan Forkompinda, tokoh masyarakat.
Tokoh adat, lembaga budaya dan lembaga masyarakat, serta tamu undangan lainnya. Selain itu, seminar ini juga dihadiri oleh Dekan Faperta UPR Cakra Birawa, yang juga mewakili Rektor UPR Dr Andrie Elia SE MSi.
Animo peserta pun sangat luar biasa, dan hasil seminar tersebut mengeluarkan berbagai rekomendasi, yang sangat membangun perkembangan museum kayu kedepannya.(YS)