Beritakalteng.com, PALANGKA RAYA – Ketahanan Pangan adalah kunci keutuhan sebuah Bangsa. Menjadi kunci untuk menciptakan stabilitas Ekonomi dan Politik. Teknologi yang digunakan dalam Pertanian tanaman Pangan adalah sebuah gambaran Kemajuan sebuah Bangsa.
Hal inilah disampaikan Rektor Universitas Palangka Raya (UPR), Dr. Andrie Elia Embang SE,MSi ketika diundang menjadi narasumber dalam webinar bersama dengan pakar gambut nasional yang berlangsung secara daring dengan tema Food Estate di Lahan EKS PLG, Cocok atau tidak?, digelar pada Selasa (8/9/2020)
Turut bersamanya, spesialis restorasi gambut WRI Eli Nur Nirmala, Direktur Yayasan Lahan Gambut I Nyoman Suryadiputra dan sekretaris badan restorasi gambut Hartono.
“Berhentilah berpikir bahwa bertani adalah identik dengan parang, bajak dan cangkul. saat ini marilah berpikir mekanisasi Pertanian, dimana pertanian maju dan modern dengan petani terampil berpengetahuan, sehingga menjadi petani yang sejahtera.” kata Rektor membuka materinya.
Dijelaskanya petani memiliki peran penting dalam ketahanan pangan nasional. Diera Presiden Jokowi, pemerintah menciptakan program food estate di lahan Mega Rice Project. Yakni lahan yang jaman Presiden Suharto tahun 1995 silam.
Proyek tersebut gagal dikarenakan tidak ada kajian terkait kecocokan lahan, jenis tanaman dan teknik penanaman serta pengelolaan. Maka itu, perlu adanya kajian akademik untuk mensukseskan Foot Estate
UPR kini telah mengelola lahan pertanian terpadu atau disebutnya Peat Techno Park (PTP) UPR dilahan gambut. Pakar pertanian, peternakan dan perikanan yang bergelar Profesor, doktor serta mengikutsertakan mahasiswa bergelut di lahan tersebut.
“Ada budidaya ikan, ternak ayam dan itik serta tanaman, seperti jagung dan lainnya. Semua itu berkat kerja keras dosen, para ahli dan mahasiswa di UPR. Ini bisa menjadi contoh yang dapat digunakan. bahkan sudah beberapa kali panen,” jelas Elia menambahkan.
Rektor pun memiliki analisis terkait tema tersebut. Bahwa lahan yang digarap dan diprioritaskan hingga 2024 adalah lahan yang sudah dikerjakan oleh masyarakat melalui sistem handil dan juga yang sudah dibuka melalui P4S.
Hal ini sangat penting, karena lahan yang sesuai di area yang punya jejak bergambut adalah lahan yang telah cukup lama dibuka dan pernah digarap, dengan perbaikan tata air yang teliti.
Ada beberapa saran yang disampaikan Rektor, bahwa pemerintah harus membuka Komunikasi dan Sosialisasi dengan semua stakeholder. Baik kepada Masyarakat dan Investor, BUMN mitra.
“Hanya cerita sukses yang dapat menjawab keraguan, kritik dan penolakan. Olehkarena itu, mari lah memulai kegiatan ini dengan melihat lahannya, bukan dengan melihat angka target luasan atau angka target produksi. Mari merencanakan berbasis scientific lahan, bukan berbasis angka akuntansi dan angka nilai proyek yang dihasilkan dari target luasan,” demikiannya.(*)