Rektor UPR: Kualitas Udara di Palangka Raya Kian Membahayakan

Beritakalteng.com, PALANGKA RAYA- Buruknya kualitas udara di wilayah Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), terpantau dari Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) sementara, yang menunjukkan angka hingga pada 2.000.

Sebagaimana untuk diketahui, menurut data ISPU, kondisi udara baik bila ISPU menunjuk angka 0-50, udara sedang bila ISPU menunjuk angka 50-100, udara berbahaya bila ISPU menunjuk angka 300-500. Sementara, saat ini angka ISPU menyentuh angka 2.000.

Dengan demikian, maka kondisi itu sungguh sangat berbahaya bagi pernafasan makhluk hidup. Bahkan sudah ribuan warga Kalteng, telah terserang Inspeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), akibat terpapar kabut asap.

Hal ini, karena buruknya kondisi udara, sehingga Pemerintah Provinsi Kalteng pun menginstruksikan, agak pihak sekolah meliburkan kegiatan belajar mengajar. Kendati demikian, hal sama juga dilakukan oleh sejumlah perguruan tinggi.

Yangmana, salah satunya adalah Universitas Palangka Raya (UPR), juga terpaksa harus meliburkan kegiatan perkuliahan selama tiga hari, terhitung sejak tanggal 16 hingga 18 September 2019, sambil menunggu membaiknya kondisi udara.

Saat dibincangi awak media, Rektor UPR Dr Andrie Elia SE MSi mengatakan, kebijakan meliburkan kegiatan perkuliahan di kampus UPR, adalah demi menjaga kesehatan semua pihak terkait, terlebih para mahasiswa.

Karena, mengingat kualitas udara di wilayah Kota Palangka Raya dan sekitarnya, semakin menurun dalam beberapa hari belakangan ini. Maka, kebijakan tersebut harus ditempuh.

“Secara kasat mata memang yang terlihat hanya kabut asap saja. Tapi sebenarnya asap itu bercampur debu, yang mengandung partikel udara yang  sangat membahayakan bagi kesehatan makhluk hidup,” kata Andrie Elia, Selasa (17/9).

Lanjut, Dr Andrie Elia menjelaskan, dari hasil penelitian yang diterima baru-baru ini, sejak tanggal 13 September 2019, sebagian besar udara di Kota Palangka Raya sudah tercemar Particular Matter (PM) 2.5 yang berukuran sangat kecil, hingga bisa menembus masker yang biasa kita pakai.

Mengingat ukurannya hanya sekitar 3 persen dari diameter rambut manusia. Jika PM 2,5 ini menumpuk di paru-paru kita, maka bisa menyebabkan beragam penyakit, bahkan bisa berujung pada kematian.

“Mengingat buruknya kualitas udara dan kecilnya ukuran partikel udara tersebut, bahkan sangat berbahaya karena bisa membunuh secara senyap, maka langkah antisipasi dari kami adalah meliburkan semua kegiatan perkuliahan di lingkup UPR,” ujar Dr Andrie Elia.

Dr Andrie Elia yang juga Ketua Harian Dewan Adat Dayak (DAD) Provinsi Kalteng ini, mengajak seluruh masyarakat di Bumi Tambun Bungai untuk berupaya semaksimal mungkin, mengantisipasi dampak terburuk dari menurunnya kualitas udara, akibat karhutla di sejumlah daerah.

Jika ditemukan atau dirasakan ada gejala-gejala terganggunya kesehatan akibat polusi udara tersebut, segeralah berobat ke pelayanan kesehatan terdekat.

“Mari kita perbanyak berdoa dan mohon ampun kepada Tuhan. Mari kita berdoa dan memohon segera diturunkan hujan dengan intensitas memadai hingga mampu memadamkan semua kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan ini. Sedangkan bagi warga yang sempat terhirup PM 2.5, agar diberikan kekuatan dan tetap sehat seperti sediakala,” ajak Andrie Elia.

Untuk diketahui, PM 2.5 bisa ditemukan di berbagai tempat, dan gampang memasuki sistem pernapasan manusia. PM 2,5 yang menumpuk di paru-paru dan organ lain bisa menyebabkan munculnya berbagai penyakit pernapasan, seperti asma, hingga penyakit jantung.

PM 2,5 juga dapat memicu penyakit-penyakit tersebut makin parah. Polusi udara yang sangat halus itu, amat berbahaya bagi kesehatan, terutama yang rentan seperti bayi, anak-anak, ibu hamil dan lanjut usia.(YS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!
%d blogger menyukai ini: