Rektor UPR: Ini Kiat Hidup Sukses dalam Perspektif Suku Dayak

Beritakalteng.com, PALANGKA RAYA- Menjadi salah satu kunci untuk meraih kesuksesan, baik di lingkungan pekerjaan maupun masyarakat, yakni dengan mentaati dan menghargai berbagai nilai-nilai dan norma yang berlaku pada masyarakat Dayak, seperti yang berlaku di dalam masyarakat Kalimantan Tengah (Kalteng).

Kegiatan Workshop Global Youth and The Meaning of Succes di Aula Sangkuwung, Kota Palangka Raya, diikuti oleh sekitar 1.500 peserta, yang berasal dari berbagai daerah, Sabtu (14/09).

Dimana, sebagai salah satu narasumber yang dihadirkan, adalah Rektor Universitas Palangka Raya (UPR), Dr Andrie Elia SE MSi. Dalam penyampaian materinya, Dr Andrie Elia menyampaikan beberapa kiat sukses, dalam prespektif masyarakat Dayak.

Dr Andrie Elia mengatakan, ada tata krama yang harus dilakukan dan ditaati oleh seseorang, dalam hidup bermasyarakat, termasuk pula ketika berada di lingkungan masyarakat Dayak Kalteng.

“Dimana, ada istilah dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Yang memiliki makna, dimanapun kita berada, sudah seharusnya lah menghargai semua nilai-nilai sosial, norma-norma dan tata krama yang berlaku di masyarakat setempat,” ucap Dr Andrie Elia yang juga menjabat sebagai Ketua Harian DAD Kalteng.

Ia juga mengutarakan, bagi siapapun itu, ketika berada di lingkungan masyarakat Dayak Kalteng, sudah seharusnya menghormati nilai-nilai, norma-norma dan tata krama yang berlaku di masyarakat Kalteng.

Bukan malah membawa kebiasaan dan adat istiadat sendiri, tanpa mengindahkan norma-norma, tata krama maupun adat istiadat yang berlaku di masyarakat setempat.

“Tata krama, yang dimaksudkan tersebut merupakan warisan turun temurun para leluhur nenek moyang suku Dayak, yang berupa nilai-nilai sosial, norma-norma dan tata krama bermasyarakat, yang idealnya itu harus ditaati, baik oleh orang Dayak itu sendiri, termasuk pula oleh masyarakat pendatang,” terangnya.

Dr Andrie Elia SE MSi juga menjelaskan, tata krama di lingkungan suku Dayak, disusun oleh Damang Kepala Adat pada suatu daerah. Dan, Damang itu sendiri adalah salah seorang tokoh Dayak, yang memiliki kemampuan untuk mengatur tata cara berperilaku, dalam kehidupan masyarakat Dayak.

Dimana, dalam tata krama yang diatur itu, ada petuah-petuah dan juga peringatan kepada masyarakat Dayak. Dan petuah-petuah itu lah, yang merupakan salah satu warisan dari para leluhur masyarakat Dayak di Kalteng.

Ia juga menyebutkan, ada beberapa tokoh panutan masyarakat Dayak Kalteng, dimana salah satunya disampaikan oleh bapak Tjilik Riwut, yang sekaligus merupakan Gubernur pertama Provinsi Kalteng, serta salah satu pahlawan dan tokoh Dayak Kalimantan.

Dalam kegiatan bertema “Membangun Etika dan Budaya Sukses dari Perspektif Dayak” ini, Andrie Elia menegaskan bahwa adat mempunyai peranan penting dan perlu kita jaga.

Karena, sebagai makhluk sosial, kita akan mempengaruhi dan juga dipengaruhi oleh kehidupan sosial dan hubungan antar sesama, dengan keluarga dan juga erat kaitannya dengan pekerjaan.

Etika dan budaya ini berdampak dapat positif dan juga negatif pada seseorang. Seperti ada kalimat bijak yang mengatakan, “setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, begitupun sebaliknya pohon yang tidak baik akan menghasilkan buah yang tidak baik pula,” kata Dr Andrie Elia.

Ketua Harian Dewan Adat (DAD) Kalteng ini juga mengingatkan, bahwa dirinya ingin menanamkan suatu motivasi, agar generasi muda Dayak dapat mempersiapkan diri dari sekarang untuk sukses. Tidak takut dengan perkembangan globalisasi.

“Kalianlah (generasi muda Dayak) yang justru harus mempengaruhi tempat-tempat lain, dengan hal-hal yang luar biasa hingga mampu mempengaruhi dunia,” Imbuhnya.

Dicontohkan, ada beberapa ungkapan (peribahasa) tradisional dalam bahasa suku Dayak yang patut diperhatikan dan diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Diantaranya, “Ampit Manak Tingang” (burung pipit beranak burung enggang). Ini berarti seorang anak yang dapat mengangkat derajat orang tuanya. Anak ini digambarkan suka bekerja keras. Sehingga sukses dan dapat mengangkat taraf kehidupan sosial dan ekonomi keluarganya.

Peribahasa lainnya, “Ela Mimbit Supak Kabuat” (jangan membawa takaran/ukuran sendiri). Artinya, janganlah membawa adat atau kebiasaan sendiri di tempat yang baru.

Karena, untuk bisa sukses di tempat baru, kita harus dapat menyesuaikan diri dengan adat dan etika di tempat baru.

Jangan membawa-bawa kebiasaan dari tempat lama. Karena bisa saja dinilai tidak baik oleh orang lain di tempat yang baru.

“Ini berarti bahwa seorang anak yang beretika dan berbudaya, akan sukses karena selalu mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya,” pungkasnya.(YS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!
%d blogger menyukai ini: