Beritakalteng.com, PALANGKA RAYA- Seluruh rakyat Indonesia sudah sepatutnya bersyukur. Sebabnya, bangsa Indonesia, beberapa bulan lalu, telah melangsungkan perhelatan pesta demokrasi, yakni Pemilu (pemilihan umum) serentak tahun 2019, baik pemilihan legislatif (pileg), maupun pemilihan presiden (pilpres).
Yangmana, pada tahapan akhirnya, Komisi Pemilihan Umum (KPU), baik di tingkat daerah hingga pusat. Berdasarkan hasil akhir rapat pleno rekapitulasi perolehan suara, telah mengumumkan sekaligus menetapkan, sederetan nama-nama kontestan, peserta pileg yang berhasil melenggang, duduk di kursi legislatif daerah, untuk DPRD kabupaten kota provinsi se Indonesia.
Sekaligus pula, menetapkan nama-nama yang lolos duduk di kursi empuk parlemen DPD RI dan DPR RI di Senayan, Jakarta. Begitu pula, hasil pilpres, yang meski nyatanya KPU RI, beberapa waktu lalu, sempat digugat oleh salah satu paslon (pasangan calon), dimana Mahkamah Konstitusi (MK), dalam hasil PHPU (persidangan hasil pemilihan umum), telah mengeluaran keputusan yang bersifat final dan mengikat.
Berkenaan dengan itu, masyarakat Indonesia, yang saat itu memiliki perbedaan pilihan. Diharapkan, pada Pasca Pileg dan Pilpres 2019. Baik itu, elite politik maupun seluruh elemen masyarakat, untuk bisa merajut kembali persatuan dan kesatuan bangsa. Harapan sekaligus himbauan ini, disampaikan oleh Rektor Universitas Palangka Raya (UPR) Dr Andrie Elia SE MSi, Rabu (10/07).
“Perbedaan sikap atau pilihan pada proses pelaksanaan pemilu baik Pilpres, Pileg dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), adalah hal yang wajar dan lumrah di negara demokrasi seperti Indonesia. Apalagi, dalam memilih pemimpin. Tetapi, setelah itu harus siap kalah dan siap menang, serta mendukung hasilnya,” kata Andrie Elia, Rabu (10/7) di Palangka Raya.
Menurut Dr Andrie Elia SE MSi, setelah semua proses pemilu selesai, ditandai dengan adanya penetapan pemenang, maka sudah semestinya, seluruh masyarakat Indonesia kembali bersatu, dan tidak lagi saling berpecah belah, hanya karena beda pilihan. Karena, semuanya adalah warga negara Indonesia, yang sejak dulu memegang erat persatuan dan kesatuan.
“Kita, harus dewasa dalam menyikapi persoalan, khususnya Pilpres. Untuk itu, mari kita kembali pada tujuan awal Pilpres yakni memilih pemimpin bangsa. Sehingga, tidak melanjutkan perpecahan dan perbedaan pilihan dalam kehidupan sosial, di tengah-tengah masyarakat,” ajak Andrie yang juga sebagai Ketua Harian Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng ini.
Dikatakan, Presiden dan Wakil Presiden RI telah dipilih dan telah ditetapkan oleh KPU. Sebagai masyarakat dewasa, kita harus mendukung putusan dan pimpinan bangsa yang telah dipilih. Elit politik dan elemen masyarakat harus bijak menyikapi hasil Pilpres, dan juga harus bijak melihat situasi dan kondisi bangsa, jangan malah terlibat dalam upaya memperkeruh suasana.
“Yang ada saat ini, adalah NKRI harga mati. Mari kita bersama-sama membangun NKRI, menuju Indonesia maju dan sejahtera. Mari kita rawat bersama NKRI dan mari kita jaga persatuan serta kesatuan bangsa.”
“Kita bangun bangsa ini, dengan kreativitas dan inovasi yang mampu memajukan Indonesia. Libatkan diri untuk memajukan daerah. Jangan terlibat hal yang negatif, seperti menyebar hoax serta ujaran kebencian,” pintanya.
Sebagai akademisi, Andrie Elia juga mengingatkan kepada seluruh Civitas Akademika, yang notabene didominasi generasi muda atau milenial, untuk turut membantu memberikan pemahaman mengenai makna dan proses demokrasi yang benar.
“Kepada seluruh praktisi akademis, mulai dari dosen hingga mahasiswa, agar bisa menjadi pelopor dalam berdemokrasi yang benar, demokrasi yang sejuk. Kedepankan sikap saling menghormati dan bertenggang rasa. Ini penting untuk memperkokoh persaudaraan kita sesama anak bangsa,” tutup Rektor UPR.(YS)