Generasi Muda Lini Terdepan Cegah Paham Radikalisme

Beritakalteng.com, PALANGKA RAYA – Berbeda-beda tapi tetap satu jua, itu lah ‘Bhineka Tunggal Ika’ yang menjadi pedoman hidup berbangsa dan bernegara di Indonesia. Saling menghargai satu sama lainnya, dan menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila, menjadi satu pedoman hidup bermasyarakat dan bernegara.

Perihal diatas menjadi dasar sejumlah tokoh adat, seperti damang Pahandut Marcos Tuwan, tokoh pemuda Rizky Bajuri, tokoh masyarakat sekaligus tokoh agama Hindu Kaharingan Prada, tokoh akademisi Marko Mahin, dr Sigit, Lukas, Sipet Hermanto, serta sejumlah tokoh masyarakat lainnya, yang mengikutsertakan sejumlah OKP, HIMA, BEM dari  perguruan tinggi di Kalteng, menggelar kegiatan berupa Dialog Kebangsaan.

Adapun tema Dialog Kebangsaan ini, yakni ‘Menuju Masyarakat Kalimantan Tengah (Kalteng) yang kreatif, inovatif, berdaya tangguh dan mandiri’, Kegiatan terlaksana di Aula Rahan, Rektorat Lantai II, Universitas Palangka Raya (UPR), Sabtu (06/07).

Hadir sebagai pembicara, dalam Dialog Kebangsaan ini, yakni Prof Sumanto Al Qurtuby MSi MA PhD, yang sekarang ini sebagai dosen  di King Fahd University of Petroleum and Minerals Arab Saudi, sekaligus pula Direktur Nusantara Institute on Culture and Religion.

Disampaikan oleh Ketua Panitia Dialog Kebangsaan, Rizky Bajuri, adapun tujuan dari kegiatan ini, adalah sebagai upaya memberikan pemahaman kepada para generasi muda di Kalteng, terutama dalam hal mencegah penyebarluasan paham radikalisme dan intoleransi, terutama di kalangan generasi muda Kalteng, baik itu yang berasal dari kalangan mahasiswa maupun pemuda.

“Peran media sosial (medsos) sekarang ini, sangat sangat luar biasa. Dan, berkat peran medsos ini pula, sehingga pembicara kita ini bisa hadir di tengah-tengah kita, sekarang ini.”

Ia menyampaikan, berawal dari komunikasi, yang dilakukan oleh damang Pahandut bapak Marcos Tuwan, dengan Bapak Prof Sumanto Al Qurtuby MSi MA PhD, untuk hadir di Palangka Raya, dan memberikan materi dan berbagi ilmu.

“Kedatangan beliau, merupakan suatu kehormatan, sekaligus petanda, bahwa pemindahan Ibu Kota Negara (IKN), jadi ke tempat kita. Dimana, salah satu yang harus dipersiapkan, adalah pondasi perilaku dan karakter, terutama para generasi muda di Kalteng, sehingga dengan demikian, ketika nanti IKN jadi pindah ke Kalteng, maka ‘Culture’ dan karakter kita, tidak akan hilang,” ucapnya.

Sementara itu, ketika diwawancarai sejumlah awak media, Prof Sumanto Al Qurtuby MSi MA PhD menyampaikan, saat ini bangsa ini sedang diuji, nilai-nilai kebangsaan. Terutama, berkenaan dengan mencegah penyebarluasan paham intoleransi.

Terlebih, saat ini dengan munculnya kelompok-kelompok intoleransi, yang tidak menyukai adanya keberagaman. Baik jangka pendek, maupun jangka panjang akan merusak sendi-sendi kebangsaan ini. Hal ini, memang menjadi hal yang sangat fundamental dan penting sekali.

Bukan hanya dalam konteks Indonesia secara umum, tapi juga di Kalteng pada khususnya, terutama di Palangka Raya. Problem ini, tidak hanya terjadi di Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Tapi, di semua daerah di Indonesia juga berpotensi yang sama, untuk bermasalah di kemudian hari, terkait masalah kebangsaan ini.

Lanjutnya, menyikapi masalah radikalisme, yang condong terpapar ke para generasi muda, baik itu sebagai mahasiswa maupun para pemuda. Ia juga mengharapkan, agar para generasi muda dapat menjauhkan diri sebuah ajaran atau paham yang bersifat radikalisme.

Justru, diharapkan para generasi muda ini, dapat menjadi agen-agen toleransi plurarisme, yang mampu mentransmisikan paham keberagaman dan kebhinekaan. Jangan sampai, jadi generasi muda yang sangat mudah terprovokasi dengan paham-paham radikalisme, serta mudah percaya dengan berbagai berita hoax.

“Saya, sangat berharap para-para pemuda ini, dapat betul-betul berpartisipasi, dalam menciptakan kemajemukan, agar selalu terawat dan terjaga di Kalteng. Peran generasi muda, tentunya sangat memegang peranan penting, dalam hal ini. Mengingat, mereka ini adalah agen perubahan,” ujarnya.

Dosen King Fahd University of Petroleum and Minerals Arab Saudi juga menambahkan, apa jadinya negara ini, kalau para generasi mudanya menjadi agen-agen intoleransi?. Oleh karena itu, maka diharapkan pula, hal ini bisa menjadi perhatian bersama, yang melibatkan semua elemen masyarakat.

Selain itu, Ia juga mengutarakan, intoleransi di Indonesia, di beberapa wilayah memang ada yang signifikan. Namun, di sejumlah daerah ada juga toleransinya yang masih terawat dengan baik.

Kemunculan intoleransi itu, biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, dimana diantaranya, seperti adanya kelompok-kelompok agama tertentu, yang militan inteloran, maka disitu pula, benih-benih intoleransi dapat berkembang subur.

Namun, itu bisa dicegah dengan pelibatan semua pihak. Mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, kampus dan masyarakat. Semuanya mempunyai tanggungjawab yang sama. Institusi-institusi sosial apa pun, harus berperan aktif dalam menekan penyebarluasan paham radikalisme dan intoleransi.

Dalam hal ini, ‘civil cociety’ seperti lembaga-lembaga sosial, lembaga adat dan lainnya, untuk mencegah hal itu. Begitupula negara, yakni pemerintah juga memiliki tanggungjawab dan kewajiban, untuk mencegah hal itu. Itu sudah scara otomatis, menjadi tanggungjawab moral dan politik pemerintah.

“Sektor-sektor, yang harus bebas dari paham inteloransi dan radikalisme, diantaranya adalah pendidikan, tempat-tempat ibadah dan sebagainya. Yang harus steril dari semua paham radikalisme dan intoleransi,” tutupnya.(YS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!
%d blogger menyukai ini: