beritakalteng.com – SAMPIT – Sejak ditetapkan siaga darurat karhutla beberapa waktu lalu, lahan yang terbakar di Kotim sudah mencapai 150 hektare. Parahnya lagi, dari luasan lahan yang terbakar, hanya 50 persen lahan saja yang berhasil dipadamkan oleh tim satgas karhutla baik itu yang ada di darat dan udara. Apalagi titik api tersebut rata-rata lokasinya sangat sulit untuk dijangkau, sehingga tim sangat sullit masuk ke wilayah tersebut. Maklum saja, 2 helikopter untuk waterb bombing juga masih belum optimal. Hal ini dikarenakan lokasi yang terbakar lahan gambut.
Kepala Pelaksana BPBD Kotim Muhammad Yusuf menjelaskan, keberadaan tim satgas karhutla ini memang masih kurang dan bellum optimal. Oleh karena itu, semua berharap kepada tim ini untuk memadamkan api.
“Memang kendala di lapangan adalah akses jalan ke lokasi yang terbakar memang sulit dijangkau dengan kendaraan. Dan juga luasan area dan lokasi terbakar ini memang menjadi kendala di lapangan, meski demikian kita berupaya untuk melakukan pemadaman. Terlebih lagi lahan gambut yang terbakar ini harus dilakukan pemadaman 2 bahkan sampai 5 kali ke lokasi yang sama. Jika tidak, maka api akan segera menyala lagi. Sebab, lahan kita ini gambut, dimana lahan gambut ini sangat sulit dipadamkan hanya dengan satu kali pemadaman atau penyemprotan dengan air,” jelasnya.
Lokasi yang memang sulit dijangkau adalah, Kecamatan Teluk Sampit, Mentaya Hilir Selatan, Mentaya Hilir Utara dan Pulau Hanaut.
“Lokasi ini terus dilakukan walter boombing, bahkan sudah ratusan kali walter boombing ini diarahkan ke lokasi yang terbakar. Bayangkan saja, satu walter boombing itu airnya mencapai 400 liter, dan sampai saat ini sudah ratusan. Artinya ribuan bahkan ratusan lilter air sudah diarahkan ke lokasi yang terbakar,” paparnya.
Tim juga melakukan penambalan ke lokasi yang sudah terbakar, hal ini dimaksudkan agar titik api yang ada di dalam tanah tidak kembali menyala lagi.
“Awalnya nanti asap, lama kelamaan tentu api. Hal ini yang perlu diantisipasi oleh tim. Tim juga melakukan pemadaman di wilayah Utara, yakni Kecamatan Mentaya Hulu dan Parenggean. Bahkan petugas di sana juga melakukan hal yang sama,” tegasnya.
Dirinya menambahkan, hingga saat ini ada sepuluh lebih hot spot terpantau berdasarkan BMKG.
“Artinya, kita harus waspada dan kerja keras tanpa henti agar Kotim ini bebas dari asap dan kondisi nyaman dan aman kembali seperti sedia kala lagi. Apalagi tim satgas karhutla dan peralatan ini memang masih belum maksimal. Kita juga berharap akan ada hujan, sehingga titik api ini tidak menyala lagi. Sebab, kondisi saat ini memang diharuslah lebih waspada. Terlebih lagi dengan api yang kecil di mana saja, maka akan menjadi besar nantinya. Sebab, ini musim kering atau kemarau,” pungkasnya. (agg)