Kabut Asap di Palangka Raya Bukan Jaminan Naikan Status Karhutla

Beritakalteng.com, PALANGKA RAYA- Kabut asap imbas dari sejumlah peristiwa kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), tampaknya kian berdampak terhadap kualitas udara di wilayah Kota Palangka Raya.

Bahkan dalam seminggu terakhir, kabut asap pekat diikuti bau menyengat sejak pagi hingga sore hari cukup terasa dan kian menyaput.

Akan tetapi meskipun wilayah Kota Palangka Raya sudah kembali dikepung dengan kabut asap, namun status kebencanaanya hingga kini masih belum bisa dinaikkan.

“Saat ini status kebencanaan di Kota Palangka Raya masih siaga Karhutla. Artinya belum menuju status tanggap darurat bencana Karhutla,”ungkap Wakil Wali Kota Palangka Raya Umi Mastikah, Kamis (12/9).

Menurut Umi untuk menentukan status kebencanaan karhutla menjadi tanggap darurat, tentunya harus melalui berbagai pertimbangan maupun indikator tepat atau tidaknya peningkatan status dilakukan.

Dia melihat, penanganan karhutla di Kota Palangka Raya saat ini secara umum bisa diatasi. Kalauipun masih terjadinya kabut asap, lebih dikarenakan imbas asap berasal dari karhutla yang terjadi dari kabupaten yang dekat dengan Kota Palangka Raya.

“Alhamdullilah, upaya mencegah karhutla di Palangka Raya sejauh ini mampu tertangani dengan baik. Kalaupaun terlihat asap yang masih menyaput itu merupakan asap kiriman,” beber Umi.

Kembali kesoal penaikan status kebencanaan, maka menurut Umi, tidaklah dilakukan dengan mudah, tetapi dengan melihat berbagai aspek pertimbangan.

Semisalkan saja mengacu dari data jumlah terpapar orang terkena penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). “Ini juga harus dicek secara seksama, pasien ISPA yang memang terpapar karhutla, atau ISPA karena penyakit bawaan,” sebutnya.

Disatu sisi lanjut Umi, kondisi kabut asap yang terjadi di Kota Palangka Raya saat ini lebih mengarah ke kondisi tidak menentu (fluktuatif). Artinya imbuh dia, kabut asap terkadang menghilang dan terkadang muncul.

“Jadi semuanya ada pertimbangan, lihat saja di alat Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Bundaran Besar. Jelas, terkadang terlihat kuning, hijau dan merah. Jadi tak menentu, sehingga sulit untuk menentukan status kebencanaan karhutla,” tutup Umi.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *