Beritakalteng.com, PALANGKA RAYA- Protes atas sikap wasit saat pertandingan di Stadion Tuah Pahoe yang diserukan Gubernur Kalimantan Tengah, Sugianto Sabran, menjadi viral, namun isu berkembang kemana-mana. Seharusnya, pesan ‘jangan ada mafia bola bermain’ yang justru harus fokus dikawal agar tidak bias.
Banjirnya komentar atas tindakan lempar botol air mineral oleh kepala daerah yang kebetulan menonton laga Kalteng Putra versus Persib, terutama di media sosial, perlu disikapi lebih kepada tujuan atau pesan yang ingin disampaikan.
Yaitu bentuk protes dari ketidakadilan pemimpin pertandingan atau wasit memperlakukan kedua kesebelasan. Bukan pada alat dan cara protes, sekali lagi lebih kepada tujuan atau pesan, serta kepada siapa pesan itu.
“Jika tidak dikritik, untuk kemudian dibenahi, kasihan SDM Bola di Indonesia. Sebab, dugaan Mafia Bola masih bermain, adalah obyek protes dan ini yang harus dikawal agar benar-benar mendapat porsi perhatian,” ungkap Ketua Lakpesdam Kalteng, M. Roziqin, Senin (4/11).
Ia menandaskan, terlepas dari cara protes yang mengundang pro-kontra, publik Kalteng semestinya simpati dengan upaya itu. Sebab yang dilihat adalah membela “Kalteng-nya, Kalteng Putra-nya, yang seringkali mendapat perlakuan “keputusan buruk dan merugikan”.
Karena itu, salut dengan banyaknya ‘Kalteng Mania’ yang kompak “di belakang” Gubernur Kalteng yang spontanitas melayangkan protes tersebut, karena mewakili kegundahan hati suporter, keberatan pendukung Kalteng Putra.
“Kita dalam kacamata pandang membela ‘Kalteng Putra’ nya, tak usahlah pendekatan hukum dalam menilai benar-salahnya. Urusan cara protes dalam menilai wasit, mari publik serahkanlah pada Komdis yang lebih berhak menilai. Kita tunggu saja,” ujarnya menambahkan.
Publik tahu, dalam pertandingan sebelumnya ketika Kalteng Putra menang, dimunculkan seakan ada Mafia Bola bekerja, lalu ada 9 orang diperiksa dengan tuduhan beragam. Tetapi ternyata tuduhan itu kemudian tidak terbukti. Giliran berikutnya, ada perlakuan yang tidak pas.
“Jika tidak dikritik, untuk kemudian dibenahi, kasihan SDM Persepakbolaan Indonesia, apabila mafia bola terus bermain” imbuh Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Kalteng ini.
Roziqin ikut menyayangkan kejadian di arena sepak bola itu ditarik-tarik menjadi komoditas politik di Kalteng. Walaupun belum musimnya, rupanya pegiat politik sudah tak sabar mengincar momentum.
“Ini sih bukan melihat kacamata politik, sebab kalau melihat dari sisi ini, malah jadi sungguh ingin bertanya, dimana mereka politisi dan kader parpol yang katanya di belakang gubernur, kok ayem ayem saja,” tutupnya.
Sementara itu sebelumnya diberitakan, Gubernur Sugianto Sabran sudah ‘klir’ dengan Kapolresta Palangka Raya AKBP Timbul Siregar, keduanya bersalaman sekaligus berpelukan pinggir lapangan setelah pertandingan sepak bola laga Kalteng Putra melawan Persib Bandung dalam lanjutan Liga 1 2019 selesai di Stadiun Tuah Pahoe Kota Palangka Raya, Jum’at (1/11) kemarin.
Keduanya pun mesra, dan saling memaafkan serta menganggap kejadian emosional sesaat, sehingga tidak perlu dipersoalkan lebih lanjut. Hanya saja, publik rupanya yang malah tidak berhenti dari ujaran pro dan kontra terutama di media sosial.(*)