Disekat Kain : Kondisi ruang isolasi PDP Covid-19 di Ruang Karuing, RSUD Jaraga Sasameh Buntok, Barsel, yang dipasangi sekat kain di selasarnya.

Ruang Isolasi Covid-19 di Ruang Pasien Umum? Ini Tanggapan Ketua DPRD

Disekat Kain : Kondisi ruang isolasi PDP Covid-19 di Ruang Karuing, RSUD Jaraga Sasameh Buntok, Barsel, yang dipasangi sekat kain di selasarnya, untuk memisahkan antara pasien umum dan pasien suspek Sars Cov 2 itu.

Beritakalteng.com, BUNTOK – Ditempatkannya ruang isolasi Pasien Dalam Pengawasan (PDP) suspek Corona Virus Disease (Covid-19) di RSUD Jaraga Sasameh Buntok, Kabupaten Barito Selatan satu dengan gedung ruangan perawatan pasien umum, diharapkan oleh Ketua DPRD setempat Ir. HM. Farid Yusran, tidak berdampak pada penularan kepada pasien umum yang juga dirawat di tempat tersebut.

Diakui oleh politisi PDIP Barsel itu, meskipun pada dasarnya ia tidak mengetahui apapun terkait protokol penempatan dan pelaksanaan ruang isolasi bagi PDP suspek Covid-19, namun ia berharap agar siapapun pasien yang ditempatkan di ruangan tersebut, terkonfirmasi negatif Sars Cov 2 itu.

Dengan harapan, agar tidak ada kemungkinan terjadinya penularan Covid-19 kepada pasien umum lainnya yang juga dirawat di gedung yang sama.

“Aku belum paham tentang SOP penanganan PDP di RS, aku hanya berharap beliau yang PDP nonreaktif saat rapid test itu, sakit biasa saja, bukan Covid-19. Walaupun gejalanya mirip Covid-19,” tulis Farid via pesan Whatsapp, Sabtu (2/5/2020).

Sebelumnya diberitakan, Pihak RSUD Jaraga Sasameh (RSJS) Buntok, mengakui bahwa ruang isolasi PDP suspek Covis-19 yang berada di ruangan Karuing, sudah aman dan memenuhi standar yang ditetapkan.

Keberadaan ruang isolasi tersebut, dikatakan oleh Direktur RSJS Buntok dr. Leonardus P. Lubis, melalui Humas RSJS Noorhalidah, meskipun berada satu gedung dengan ruangan Karuing yang merupakan ruang perawatan umum, tidak perlu dikhawatirkan oleh pasien lain, sebab sudah memenuhi standar yang ditetapkan bertujuan untuk khusus menangani PDP Covid-19.

Standar yang dimaksudkan, adalah ruangan merupakan ruangan isolasi bertekanan negatif, tanpa pendingin ruangan seperti Air Conditioner (AC) atau kipas angin.

Kemudian, di bagian dalam ruangan sebelum masuk ke ruang utama isolasi, telah disediakan ruangan Anteroom, yakni ruangan sirkulasi udara ke ruang utama dan berguna juga sebagai ruang sterilisasi sebelum dan sesudah keluar masuk dari ruang isolasi utama.

“Jadi kami pastikan bahwa ruangan isolasi tersebut aman dan tidak akan menyebabkan penularan apapun bagi orang yang berada di luarnya, karena sudah memenuhi SOP yang ditetapkan oleh WHO dan Kementerian Kesehatan, untuk penanganan Covid-19,” tutur Halidah meyakinkan, Jum’at (1/5/2020).

Kemudian, dilanjutkan Halidah lagi, setiap perawat yang bertugas di ruang isolasi tersebut, merupakan perawat khusus yang menangani PDP Covid-19. Para petugas medis ini, ditempatkan terpisah dengan petugas medis lainnya, yakni ditempatkan di ruang perawat ruangan Kamboja, sedangkan petugas medis yang bertugas melayani pasien umum di ruang Karuing adalah ditempatkan di ruang perawat Karuing itu sendiri.

“Selain itu, setiap keluar dan masuk ruang isolasi, para petugas medis ini selalu melaksanakan tugas sesuai protokol penanganan Covid-19, yakni menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap dan harus melewati proses sterilisasi di Anteroom,” bebernya.

Diterangkan oleh Halidah lagi, pasien yang dirawat di ruang isolasi Karuing, merupakan PDP Covid-19 yang sebenarnya tidak reaktif Rapid Test, namun memiliki gejala penyakit yang sama dengan wabah yang pertama kali merebak di Provinsi Wuhan, Tiongkok tersebut.

Selanjutnya ia mengatakan, bahwa diketahui pasien tersebut, merupakan pasien yang sebenarnya tidak memiliki riwayat kontak dengan orang yang terkonfirmasi positif Covid-19, hanya saja, sebelumnya ia pernah memiliki riwayat perjalanan ke daerah Ampah, yang merupakan wilayah yang ditetapkan sebagai Zona Merah.

Sebab di ruang isolasi khusus Covid-19 yang telah disiapkan di ICU telah dipenuhi oleh enam PDP yang reaktif Covid-19 Rapid Test, maka guna menghindarkan kemungkinan pasien dimaksud dari paparan Covid-19, maka ia ditempatkan di ruang isolasi tersendiri di Karuing.

“Bapak itu sebenarnya tidak reaktif Covid-19 pas di Rapid Test, hanya saja hasil radiologi dan uji lainnya, gejalanya sama dengan Covid-19,” terangnya.

Sementara itu, berkaitan dengan adanya sekat tirai kain yang ditempatkan oleh pihak RSJS di selasar ruangan Karuing, dijelaskannya lagi, bahwa hal tersebut dimaksudkan agar privasi PDP tidak terganggu oleh pasien umum ataupun pengunjung Rumah Sakit lainnya.

Kemudian, hal tersebut juga dimaksudkan agar para pasien umum maupun keluarga pasien lainnya yang dirawat di ruang Karuing, tidak mendekati wilayah ruang isolasi khusus tersebut.

“Kalau itu (sekat tirai), dimaksudkan agar pasien dan keluarga pasien lainnya tidak mendekati area ruang isolasi dan kita juga kan bermaksud menjaga privasi PDP kita,” jelasnya.

Akibat ditempatkannya PDP Covid-19 tersebut di ruang isolasi yang berada satu gedung dengan ruangan perawatan pasien umum, membuat banyak keluarga pasien yang dirawat di ruangan dimaksud merasa khawatir terhadap kondisi itu.

Bahkan beberapa diantaranya sempat, membuat surat terbuka yang ditujukan kepada DPRD setempat, meminta agar kondisi tersebut diawasi dan dievaluasi, karena dikhawatirkan akan mengakibatkan penularan Covid-19 terhadap pasien dan keluarga pasien umum lainnya.

“Assalamu alaikum, selamat pagi barataan (semuanya), moga hari ini kita sehat barataan, aamiin..

Yth pak Ketua PDI-Perjuangan yang juga Ketua DPRD Barsel dan seluruh anggota grup.

Sebelumnya saya minta maaf, mungkin ini terlalu lancang atau tidak pada tempatnya, mohon ijin admin.

Tadi malam abah (bapak) saya opname di RSJS Buntok, dan saya tidur di ruang karuing, di kesempatan lain saya sempat nanya dan berbicara dengan perawat yang jaga di ruang tersebut, saya baru tahu, kalau di ruang karuing tersebut, ada beberapa orang pasien ODP/PDP Covid-19, menurut infonya mereka diisolasi dan masih menunggu hasil tes PCR/Swab nya, namun tidak banyak info yang saya dapatkan, karena perawat agak menutupi identitas pasien terpapar covid-19 maupun hal lainnya,

Dalam hal ini, saya mungkin orang yang paling takut dengan pasien tersebut, maka saya mengusulkan.

1. Agar pasien ODP/PDP/POSITIF Covid-19, yang saat ini di tempatkan di ruang karuing RSJS Buntok, yang hanya berbatasan dinding kamar/sekat kain dengan pasien lain lainnya, bisa dipindahkan ke ruang khusus dan tidak satu ruang dengan pasien lainnya.

2. Mengingat ruang karuing adalah ruang BPJS/kls III atau masyarakat yang kurang mampu, tentu obat dan pelayanannya beda dengan ruang lainnya, diperparah lagi disatukannya dengan pasien terpapar covid-19, ini menurut saya kurang baik.

3. Karena abah saya paling sering opname (Maaf ini pribadi), karena sakit asma dan dikit ada batuknya, saya sangat takut abah saya terpapar covid-19, dari pasien yang ada di ruang tersebut, apalagi usia abah saya di atas 70 tahun, pastinya rentan tertular.

Catatan,
Terima kasih pak ketua, usul saya kemaren agar di pasang exshaust fan (menyedot udara ruangan) Alhamdulillah di ruang karuing sudah terpasang.

Atas perhatian dan lainnya, saya ucapkan terimakasih, mohon maaf jika ada yang salah.

Salam ramadhan 1441 H merdeka !!!. Wassalam,” tulis salah satu keluarga pasien umum yang juga dirawat di ruang Karuing, RSJS Buntok, di salah satu grup whatsapp, Rabu (29/4/2020) lalu.

Kemudian, satu keluarga pasien lainnya, yakni T (47) saat ditemui awak media, Jum’at (1/5/2020), mengaku khawatir dengan kondisi tersebut.

“Iya itu cuma disekat kain saja di lorongnya, takutnya malah menjangkiti yang lain,” tukasnya.(Sebastian)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!
%d blogger menyukai ini: