
Beritakalteng.com, PALANGKA RAYA- Berdasarkan informasi dari responden survei Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), Kabut asap di Palangka Raya memberikan pengaruh terdapat pengunjung yang datang ke pasar tradisional dan berdampak pada penurunan pendapatan penjual sekitar 20-30 persen.
Disamping itu, terjadinya gangguan kabut asap menghambat pendistribusian sejumlah komoditas ke Kota Palangka Raya, dan secara teori hal ini dapat berdampak terhadap kenaikan harga.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Perwakilan Kalimantan Tengah, Rihando menyampaikan bahwa kendati demikian di saat bersamaan kabut asap memberikan dampak berkurangnya permintaan, yang tercermin dari menurunnya jumlah masyarakat yang datang ke Pasar Tradisional.
“hal ini menyebabkan pedagang tidak dapat menaikkan harga barang. Berdasarkan pantauan di lapangan, stok komoditas kebutuhan pokok masyarakat saat ini masih dalam level yang cukup dengan harga yang relatif stabil.” kata Rihando dalam press release, minggu (6/10)
Terjaganya harga kebutuhan pokok masyarakat lanjutnya, tercermin pada deflasi yang terjadi di Kalimantan Tengah secara bulanan (month to month) pada bulan Juli -0,25 persen, Agustus -0,29 persen, dan September -0,07 persen (mtm).
Deflasi didorong oleh kelompok komoditas harga pangan bergejolak (volatile food) yang mengalami deflasi masing-masing sebesar Juli -0,71 persen, Agustus -0,70 persen, dan September -1,03% (mtm).
“Deflasi yang terjadi pada kelompok volatile food pada tiga bulan terakhir dimana terjadinya kabut asap mengkonfirmasi bahwa harga kebutuhan pokok relatif terjaga atau bahkan cenderung menurun.” bebernya menambahkan.
Penurunan harga ini sejalan dengan pola musiman, dimana terjadi normalisasi harga pasca Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) hingga 3-4 bulan setelah Idul Fitri.
Namun disisi lain, kabut asap justru memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan penjualan. Dimana arus yang menciptakan atau pun menggunakan dan menerima produk jasa dari individu atau organisasi (traffic customer) mengalami peningkatan.
Berdasarkan data yang dihimpun Bank Indonesia (BI) Wilayah Kalteng, Meningkatnya traffic customer disinyalir merupakan perilaku masyarakat yang melakukan kunjungan ke toko untuk mendapatkan udara yang lebih segar dengan ketersediaan air
conditioner di toko.
“Sementara dari sisi inventori tidak terdapat hambatan dalam pengiriman barang via laut baik dari Jakarta maupun Surabaya.” tutupnya.(Aa)