Beritakalteng.com, PALANGKA RAYA- Unit Pelaksana Tugas Laboratorium Lahan Gambut (UPT LLG) CIMTROP Universitas Palangka Raya (UPR) bekerjasama dengan Borneo Nature Foundation (BNF) dan Liverpool John Moore University (Inggris), menggelar Workshop penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla), Senin (16/09).
Workhsop yang bertema Developing Automated Detection and Monitoring of Peat Fires in Indonesia with Thermal Cameras under Drones”, bertempat di Meeting Room, Kantor UPT LLG CIMTROP UPR, Palangka Raya, Komplek Kampus UPR, Jalan Yos Sudarso Kota Palangka Raya.
Sebagai pemateri, Kepala CIMTROP UPR Yusurum Jagau, dalam kesempatan ini diwakili oleh Kordinator Lapangan Tim Penanganan Karhutla UPR Kitso Kusin, serta salah satu Direktur Internasional BNF Mark Horrison.
Ketika dibincangi awak media, Kitso Kusin mengatakan, workshop ini bertujuan untuk memperkenalkan penggunaan drone yang telah dilengkapi kamera thermal (kamera pengidentifikasi suhu panas,red).
Prinsip kerja alat ini, agak berbeda dengan drone pada umumnya, karena kamera yang digunakan adalah kamera dapat menangkap suhu panas.
“Penggunaan drone berkamera thermal ini, dinilai lebih efektif, karena dapat mengidentifikasi titik api di lapangan secara langsung. Dengan menggunakan drone berkamera thermal, maka titik api dapat diketahui, dan setelah itu akan diteruskan ke tim darat, untuk segera ditindaklanjuti dengan melakukan pemadaman,” kata Kitso di sela-sela kegiatan tersebut.
Lebih lanjut, Kitso juga menerangkan, mengingat keterbatasan anggaran dari pihaknya, maka untuk sementara ini uji coba hanya dilakukan di area lahan milik UPR.
“Harapannya kedepan, ketika ini memang benar-benar sudah teruji, maka diharapkan dapat menjadi kontribusi untuk penanganan Karhutla di Kalteng,” Imbuhnya.
Disisi lain, menurut Direktur Internasional BNF Mark Horrison mengatakan, BNF dan CIMTROP UPR sudah bekerjasama sejak beberapa tahun lalu.
Selain itu, BNF juga sangat konsen terhadap pelindungan satwa di Indonesia, terlebih lagi di daerah Kalteng. Dengan, adanya kondisi kabut asap dan karhutla ini, sangat berdampak kepada kehidupan, baik itu masyarakat termasuk pula para satwa yang habitatnya terganggu.
Lebih lanjut, Mark Horrison menjelaskan, secara singkat teknologi penggunaan drone berkamera thermal ini merupakan inovasi bersama.
“Penggunaan drone berkamera thermal ini, dapat secara langsung menangkap titik panas. Dan sangat berbeda sekali dengan drone yang ada pada umumnya.”
“Hasil tangkapan drone berkamera thermal ini, dapat menunjukkan dimana saja titik-titik api, dan harapannya dapat mengefektifkan kerja dari tim saat bertugas di lapangan,”pungkasnya.(YS)