Terapkan Teknologi Jepang, Tim Satgas UPR Turut Tangani Karhutla

Beritakalteng.com, PALANGKA RAYA- Penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tidak hanya dilakukan oleh sejumlah instansi terkait saja, akan tapi juga perlu peran serta dan keterlibatan seluruh elemen masyarakat yang ada.

Termasuk sivitas akademika Universitas Palangka Raya (UPR) belum lama ini membentuk satuan tugas (satgas) Karhutla UPR berdasarkan Surat Keputusan (SK) Rektor UPR Nomor 335/UN24/LL/2019, tertanggal 30 Juli 2019.

Satgas Karhutla UPR terdiri dari mahasiswa dan BEM UPR, Mapala Komodo UPR, Menwa UPR, Civitas Akademika UPR, serta CIMTROP dan sejumlah pakar gambut, yang juga adalah dosen UPR.

Hal tersebut merupakan bentuk pengabdian UPR menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang meliputi pendidikan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Rektor UPR Dr Andrie Elia, SE MSi, berkesempatan langsung melakukan peninjauan lapangan, serta menyempatkan waktunya, turut serta melakukan pemadaman di lokasi terjadinya karhutla, Jum’at (09/8).

Rektor UPR Dr Andrie Elia Embang SE MSi menyampaikan, lokasi lahan yang terbakar luasnya kurang lebih berkisar 500 Ha, yang masih berada di lingkungan kampus UPR. Menjadi fokus penanganan tim satgas karhutla UPR, yakni diantaranya di samping jalan Yos Sudarso, kemudian perbatasan jalan Tingang.

“mengingat lokasi ini memang lahan gambut, dengan tingkat kedalamannya mencapai sekitar 6 meter. Sangat rentan sekali terbakar. Sebagai upaya pencegahan, serta penanggulangannya, UPR sudah mempersiapkan diri, dengan membentuk tim satgas karhutla UPR” kata Andrie Elia.

Untuk mencegah dan menanggulangi karhutla, pihaknya menggunakan peralatan dan teknologi sendiri, yang kabarnya itu merupakan teknologi dari Jepang, yang telah diajarkan kepada mahasiswa dan civitas akademika UPR.

Berkenaan dengan sumber pendanaannya, pihak UPR, melakukan upaya swadaya sendiri, tanpa adanya bantuan dari pemerintah daerah, maupun pemerintah pusat.

Ditambahkannya, memang dalam upaya penanggulangan lahan yang terbakar ini, pihak satgas karhutla UPR, saat berada di lapangan juga telah dibantu oleh sejumlah pihak, diantaranya dari Polda Kalteng, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, bahkan beberapa waktu lalu, lokasi ini juga dilakukan water booming, dari Helikopter BNPB.

“Meski itu sudah dilakukan pengeboman air, melalui udara, namun itu masih perlu ditangani lebih lanjut. Karena, yang padam hanya bagian permukaan gambut saja, sementara untuk bagian dalam gambutnya, masih perlu penanganan lebih lanjut.

Teknologi yang diterapkan, yaitu dengan menerapkan pengetahuan dari para akademisi, yang telah melakukan penelitian di lahan gambut, pihaknya mencoba dengan mencampurkan air, dengan larutan busa. Dimana, cara tersebut dinilai lebih efektif.

“Dengan efisiensi, 1 liter air yang bercampur busa, dapat memadamkan 100 m². Tapi, dengan air biasa untuk memadamkan 100 m², bisa sampai menghabiskan 100 liter air biasa. Jadi, dengan penggunaan busa itu, bisa lebih menggefisiensikan penggunaan air,” jelasnya.

Dengan kondisi air tanah yang dangkal, Ia mengatakan, maka dimana ada api, disekitar itu pula harus dibuat sumur bor air. Dan, itupun juga terbatas pula, paling hanya mencapai kedalaman, sekitar 12 hingga 20 meter saja.

“Untuk penanganan lokasi karhutla ini, tentunya harus dilakukan dengan pola, pembuatan sumur bor berjalan. Kedepannya, kita akan membuat hidran air, di titik lokasi lahan, yang berada di kawasan kampus UPR ini,” tutupnya.(YS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *