PALANGKARAYA – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) melaporkan Indeks Ketimpangan Gender (IKG) Kalimantan Tengah tahun 2023 sebesar 0,541 poin, naik 0,015 poin dibandingkan tahun sebelumnya.
Hal ini disampaikan oleh Kepala BPS Provinsi Kalimantan Tengah, Eko Marsoro menyampaikan secara spasial, ketimpangan gender mengalami penurunan di sebagian besar kabupaten/kota di Kalimantan Tengah.
“Nilai indeks Ketimpangan gender Kalimantan Tengah selama enam tahun terakhir masih perlu adanya perbaikan. Sejak tahun 2018 hingga 2023, Indeks Ketimpangan Gender Kalimantan Tengah berkurang sebesar 0,024 poin, rata-rata turun 0,005 poin per tahun,” Kata Eko.
Meskipun Pada tahun 2023, MTF mencapai 0,378, meningkat dibandingkan tahun 2022 yang mencapai 0,324. MHPK20 mengalami penurunan sebesar 0,001 poin dari tahun sebelumnya menjadi 0,371.
Dari data ini, menurut Eko menunjukkan bahwa kedua indikator dimensi kesehatan reproduksi pada tahun 2023 mengalami kondisi yang berbeda dibandingkan dengan tahun 2022.
Pada tahun 2023, MTF mencapai 0,378, meningkat dibandingkan tahun 2022 yang mencapai 0,324. MHPK20 mengalami penurunan sebesar 0,001 poin dari tahun sebelumnya menjadi 0,371.
“Sejak tahun 2018 hingga 2023, Indeks Ketimpangan Gender (IKG) Kalimantan Tengah berkurang sebesar 0,024 poin, rata-rata turun 0,005 poin per tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa ketimpangan gender semakin menyempit atau kesetaraan yang semakin membaik,” ujarnya.
Eko menjelaskan bahwa Selama tahun 2022-2023, sebanyak 8 kabupaten/kota mengalami penurunan ketimpangan gender.
Sukamara dan Pulang Pisau mengalami penurunan ketimpangan gender paling tinggi. Namun, sebanyak 6 kabupaten/kota mengalami peningkatan ketimpangan gender. Seruyan dan Lamandau mengalami peningkatan ketimpangan gender paling tinggi.
Dimensi penyusun IKG yang terakhir adalah dimensi pasar tenaga kerjaTingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) untuk kedua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan.
TPAK perempuan mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2023, namun untuk laki-laki mengalami kondisi sebaliknya.
IKG di tingkat kabupaten/kota di Kalimantan Tengah selama kurun waktu 2018-2023 mengindikasikan perkembangan ketimpangan gender yang semakin baik. Setiap tahun sebagian besar kabupaten/kota mengalami penurunan ketimpangan gender.
“Masih diperlukan perbaikan pada dimensi kesehatan reproduksi dan dimensi pemberdayaan. Sementara itu, dimensi pasar tenaga kerja semakin setara,”jelasnya.
Lebih lanjut, Eko menuturkan Terdapat dua indikator dalam dimensi kesehatan reproduksi, yaitu proporsi perempuan usia 15–49 tahun yang melahirkan hidup tidak di fasilitas kesehatan (MTF) dan proporsi perempuan usia 15–49 tahun yang saat melahirkan hidup pertama berusia kurang dari 20 tahun (MHPK20).
“MHPK20 mengalami penurunan sebesar 0,001 poin dari tahun sebelumnya menjadi 0,371,”tuturnya.
Dia juga menjelaskan bahwa MTF mencapai 0,378, meningkat dibandingkan tahun 2022 yang mencapai 0,324. MHPK20 mengalami penurunan sebesar 0,001 poin dari tahun sebelumnya menjadi 0,371.
Selanjutnya pada dimensi pemberdayaan dibentuk oleh 2 (dua) indikator yang dibagi menurut gender, yaitu persentase anggota legislatif dan persentase penduduk 25 tahun ke atas yang berpendidikan SMA ke atas.
Sebaliknya, jumlah anggota parlemen laki-laki mengalami peningkatan menjadi 71,11 persen. Kondisi ini menyiratkan bahwa peran laki-laki dan perempuan dalam pengambilan keputusan menjadi kurang setara dibandingkan sebelumnya.
Eko mengatakan indikator ini mengalami kondisi berbeda pada tahun 2023. Persentase penduduk laki-laki usia 25 tahun ke atas yang berpendidikan SMA ke atas sebesar 34,40 persen, sedangkan perempuan sebesar 30,86 persen.
Sementara itu, Eko menjelaskan bahwa penyusun IKG yang terakhir adalah dimensi pasar tenaga kerja yang diwakili oleh indikator Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) untuk kedua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan.
TPAK perempuan mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2023, namun untuk laki-laki mengalami kondisi sebaliknya.
Pada tahun 2023, ketimpangan gender paling rendah dicapai oleh Kota Palangka Raya, diikuti oleh Barito Timur, dan Sukamara. Selama tahun 2022-2023, sebanyak 8 kabupaten/kota mengalami penurunan ketimpangan gender.
Sukamara dan Pulang Pisau mengalami penurunan ketimpangan gender paling tinggi. Namun, sebanyak 6 kabupaten/kota mengalami peningkatan ketimpangan gender. Seruyan dan Lamandau mengalami peningkatan ketimpangan gender paling tinggi.(Ngel)