BERITAKALTENG.COM – KUALA KURUN – Keluarga Besar Nyai Balau berkumpul menggelar acara mengenang tatu hiang di Balai Keramat Nyai Balau di Kelurahan Tewah, Kecamatan Tewah Kabupaten Gunung Mas, Sabtu (24/10/2020) pagi.
Salah satu keturunan Nyai Balau, Yola Asmiranda menuturkan bahwa pembangunan Balai Keramat Nyai Balau ini merupakan bentuk apresiasi dan kecintaan keluarga besar terhadap nenek moyangnya.
“Kegiatan hari ini adalah ritual adat untuk mengumpulkan seluruh anak cucu Nyai Balau, biar saling kenal dan mengenang kisah perjuangan Nyai Balau,” katanya.
Yola berharap, kegiatan ritual semacam itu dapat digelar tiap tahun.
“Nyai Balau merupakan sosok pahlawan wanita tangguh dan cerdas. Garis keturunan sampai saat ini belum tahu secara pasti, namun diperkirakan sekitar generasi ke tujuh atau ke delapan dari Nyai Balau,” bebernya.
Salah satu keturunan Nyai Balau, Lely Hendrawati Tundang, S.S, MM menuturkan bahwa dirinya merupakan salah satu keturunan Nyai Balau yang kini berdomisili di DKI Jakarta. Kendati 50 tahun hidup dan bekerja di luar Kalimantan, namun dirinya merasa terpanggil untuk pulang kampung dan menghadiri ritual adat tersebut.
“Datu kami Nyai Balau terkenal sebagai wanita yang perkasa, kuat, tangguh dan bijaksana. Semoga anak, cucu, cicit dan keturunannya dapat mencontoh keteladan beliau,” harapnya.
Tenaga Ahli DPR-RI Fraksi PDI Perjuangan Dapil Kalteng itu menyebut bahwa garis keturunan Nyai Balau didapat dari ibunya yang bernama Lincin Garang asal Tewah, sedangkan ayahnya dari Buntoi, Pulang Pisau.
“Semoga keinginan datu Nyai Balau yaitu mewujudkan kerukunan antar-keluarga dapat tercapai. Kegiatan ini merupakan bentuk kecintaan kami kepada beliau,” katanya.
Dirinya juga mengemban misi untuk meluruskan kembali cerita atau hikayat Nyai Balau. Pasalnya informasi di internet bahkan dari mulut ke mulut tentang kisah Nyai Balau sedikit menyimpang.
“Hanya beberapa orang saja yang mengetahui secara persis kisah sebenarnya tentang Nyai Balau. Salah satunya adalah Adau Hinting yang sementara ini kami tuakan dari keluarga besar Nyai Balau,” bebernya.
Lely Tundang berharap, kegiatan seperti ini dapat terus dilestarikan ke depan. Sehingga anak cucu Nyai Balau yang tersebar di seluruh daerah dapat berkumpul untuk memperkuat kerukunan keluarga besar Nyai Balau.
“Semoga situs keramat Nyai Balau di Kelurahan Tewah ini menjadi salah satu objek wisata budaya ke depan. Sehingga nama Nyai Balau terus diingat dan dihormati oleh masyarakat Dayak,” pintanya.
Kepala Bidang Budaya, Sosial dan Lingkungan Forum Pemberdayaan Perempuan asal DKI Jakarta, Farida Anim mengaku bangga telah dilibatkan untuk melihat ritual dan mendengar langsung kisah perjuangan serta kesaktian Nyai Balau.
“Saya selaku warga non Dayak merasa bangga, karena ada pahlawan atau ksatria perempuan Dayak di Kalimantan Tengah yang kisah kesaktiannya sudah melegenda. Ini bukti bahwa keberadaan wanita dalam kehidupan sosial kemasyarakatan jangan dipandang sebelah mata,” ujarnya.
Kisah perjuangan Nyai Balau untuk melindungi masyarakat Tewah pada zaman itu patut dicontoh. Sosok perempuan seperti Nyai Balau mestinya menjadi teladan bagi wanita modern saat ini.(agg/hms)