Tingkatkan Wawasan Kewirausahaan Mahasiswa, UKM KT-Bahalap UPR Kunjungi Sentra Industri Kerajinan Pernik Dayak

FOTO : Mahasiswa UPR yang tergabung dalam UKM KT-Bahalap, saat melakukan kunjungan ke Workshop Borneo Queen Community, Senin (29/6/2020).

 

Beritakalteng.com, PALANGKA RAYA — Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kerajinan Tradisional Bahalap (KT-Bahalap) Universitas Palangka Raya (UPR) melakukan kunjungan ke Workshop Borneo Queen Community, yang beralamat di Jalan M Husni Thamrin No. 16, Kota Palangka Raya, pada hari Senin (29/6/2020) pagi.

Dalam kunjungan tersebut, sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam UKM KT-Bahalap juga didampingi pembina, Dr.Yanetri Asi, SP, M.Si dan Dr. Saputra Adiwijaya, serta didampingi oleh penyuluh perindustrian bapak Darius dan ibu Pipit A. Ningrum, yang bekerjasama dengan APP Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah.

Menurut Pembina UKM KT-Bahalap UPR, Dr.Yanetri Asi, SP, M.Si menyampaikan, adapun maksud kunjungan ini dalam rangkaian kegiatan ‘Sambang Kreatif Mahasiswa Tangguh di Era COVID-19’.

“Adapun tujuan dari kunjungan ini, ialah memberikan wawasan, ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi para mahasiswa, untuk menjalankan usaha, terlebih di tengah adanya pandemi COVID-19,” Ucap Dr Yanetri.

Lebih lanjut, Dosen yang mengampu di sejumlah program studi (prodi) dan jurusan ini, seperti Prodi Agroteknologi Faperta, Jurusan Biologi FMIPA serta Pascasarjana Prodi Pendidikan Biologi ini mengatakan, dalam pelaksanaan kunjungan, tetap menerapkan protokol Kesehatan, terkait pencegahan penularan pandemi COVID-19.

Kata Yanet sapaan akrabnya ini, saat kunjungan, baik itu narasumber maupun peserta, wajib menggunakan masker dan handsanitizer, untuk mencegah penularan COVID-19. Begitu pula, untuk animo dan antusias para mahasiswa sangat besar. Kendati, kegiatan ini dilaksanakan, dalam situasi pandemi COVID-19.

“Kondisi demikian, tidak menghalangi semangat dan niat mahasiswa, untuk menambah ilmu, terkait pengembangan produk lokal Kalimantan Tengah. Selain itu, tingginya animo mahasiswa untuk mempelajari hal tersebut, sehingga kunjungan yang semula dijadwalkan hanya 3 jam, ternyata diperpanjang sampai 4,5 jam,” Terangnya.

Dalam kunjungan tersebut, Anggota Satuan Pengawas Internal (SPI) UPR ini juga menyebutkan, para mahasiswa yang tergabung dalam UKM KT-Bahalap UPR, juga melakukan diskusi bersama narasumber, yakni ibu Kiki Adiwijaya selaku pemilik Borneo Queen Community, serta ibu Pipit dan Bapak Darius dari Disdagrin Kalteng.

Ujarnya, beberapa pertanyaan pun diajukan, oleh adik-adik mahasiswa, diantaranya berkenaan dengan pengembangan ide kreatifitas usaha, termasuk pula berbagai kendala yang dihadapi para pengusaha pemula dalam memproduksi produk kerajinan.

Kemudian, terkait bagaimana cara mempromosikan produk, serta apa saja dukungan dan pelatihan oleh pemerintah setempat, dalam rangka mendukung pengembangan kerajinan dan produksi UKM masyarakat Kalteng.

Menanggapi berbagai pertanyaan yang diajukan mahasiswa, pemilik Borneo Queen Community, ibu Kiki Adiwijaya menyampaikan bahwa dirinya memulai usaha kerajinan perhiasan etnik Dayak ini, sejak tahun 2006 silam.

Yang selanjutnya, pada tahun 2018 lalu, Ia melakukan pengembangan kreativitas, berupa anyaman purun. Serta, untuk produksi sedotan berbahan purun, dilakukan sejak tahun 2020 ini.

Ibu Kiki yang juga ternyata merupakan istri dari bapak Dr Saputra Adiwijaya ini juga menuturkan, memang pada awalnya, dalam memulai usaha diawali dari nol, sampai akhirnya sering diundang menjadi pemateri atau pembicara, dalam kegiatan pelatihan kepada para Industri Kecil Menengah (IKM) ataupun masyarakat pada umumnya.

“Saya berpesan, agar adik-adik mahasiswa bisa tetap memiliki semangat dan motivasi yang tinggi, sebagai motor penggerak perubahan global, dalam mengembangkan produk-produk kerajinan daerah, yang memiliki potensi ekonomi besar dan tetap menjaga ekosistem,” Ingatnya.

Sambung Kiki menyebutkan, adapun produk perhiasan yang dihasilkan, yakni berupa kalung, gelang etnik dan aksesoris wanita ini, telah dipasarkan secara nasional dan internasional. Dimana, ternyata peminat terbanyak untuk aksesoris lokal tersebut, banyak dipesan dari negara Amerika Serikat.

Sementara, untuk produk anyaman purun, masih dipasarkan pada skala nasional dan itu juga mereka kewalahan menerima pesanan yang selalu ada, walaupun negara ini sedang dilanda pandemi COVID-19.

Untuk pemasarannya juga, ternyata Borneo Queen Community bekerja sama dengan banyak pengusaha lainnya. Sebut saja salah satunya, ialah pengusaha muda yang berasal dari Kabupaten Katingan, ownernya bernama Raya Sadianor yang mengembangkan produk kopi bubuk dan kopi cair kemasan, khas Kalteng dengan merk Kopi Indukuh, demikian.

Untuk sekedar diketahui, kedepannya UKM KT-Bahalap UPR, tertarik untuk melakukan kerjasama pelatihan menghias anyaman purun, dengan Borneo Queen Community.

Terlebih, mengingat purun merupakan tumbuhan rawa, khas gambut yang sangat potensial untuk dikembangkan, menjadi produk-produk yang ramah lingkungan. Ditambah lagi, adanya isu untuk mengurangi dampak negatif dari plastik, sangat tepat dengan penggunaan produk dari alam, misalnya tas purun, sedotan purun dan masih banyak lagi produk yang bisa dikembangkan.

Apalagi, ini ditangani oleh kalangan milenial atau anak muda atau mahasiswa, yang memiliki pemikiran yang masih fresh, tentunya juga akan menampilkan peran positif dalam pengembangan produk tradisional Kalteng, agar semakin dikenal oleh masyarakat.(YS/a2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!
%d blogger menyukai ini: