Beritakalteng.com, PALANGKA RAYA- Keanekaragaman seni dan budaya Indonesia, patut untuk disyukuri bersama. Dimana, adanya kemajemukan adat istiadat dan budaya tersebut, menjadi suatu khasanah sekaligus menjadi identitas bangsa Indonesia, yang harus dipertahankan dan diwariskan secara turun temurun, oleh sebab itu wajib dipertahankan, hingga pada generasi penerusnya.
Pernyataan ini disampaikan oleh Ketua DPRD Kota Palangka Raya, Sigit K Yunianto, saat dirinya menceritakan kunjungannya ke Desa Tumbang Manggu. Ia mengatakan bahwa saat berada disana, banyak mendapat masukan dan mempelajari cara masyarakat melakukan pengobatan melalui obat tradisional, terutama obat-obatan yang berbahan dasar rempah-rempah, yang dipercaya masyarakat setempat, mampu menyembuhkan serta menangkal berbagai penyakit.
Selain itu, Ia juga sangat mengapresiasi masyarakat lokal setempat, yang masih mempertahankan nilai-nilai tradisi ada istiadat, serta kearifan lokal yang telah diwariskan secara turub-temurun. Meski, saat ini perkembangan teknologi yang kian pesat, sehingga itu menjadi tantangan tersendiri.
“Saya menyaksikan bahwa masyarakat lokal dengan kearifan lokalnya, memanfaatkan rempah-rempah. Dimana, biasanya rempah-rempah justru banyak digunakan sebagai bumbu masakan dan jamu. Namun, disana rempah-rempah tertentu justru dijadikan sebagai obat yang mujarab,” Ujar Sigit kepada awak media, Kamis (19/3).
Politisi PDI Perjuangan ini juga menjelaskan, rempah-rempah bisa berasal dari biji, akar, daun, bunga, kuncup, kulit, atau buah dari tanaman. Selain digunakan masyarakat sebagai bumbu dasar, rempah-rempah yang tinggi kandungan antioksidan dan anti inflamasinya dipercaya masyarakat Kalteng terutama suku Dayak dapat mencegah dan mengobati berbagai penyakit kronis.
“Rempah-rempah tradisional sangat aman dikonsumsi oleh anak-anak sejauh pengolahannya masih murni dan tidak mengandung bahan kimia.Untuk itu mulai saat ini saya berharap kepada masyarakat meningkatkan kesadaran akan besarnya manfaat dari rempah-rempah yang dijadikan sebagai obat tradisional,”harap Sigit.
Saat ini lanjut Sigit, kemajuan teknologi internet dengan kemampuannya menembus batas-batas geografis, bahkan dunia pun tak berjarak, diharapkan bukan sebagai penghalang untuk tetap menjaga dan melestarikan adat dan budaya yang kita miliki. Menebarnya informasi tentang pola kehidupan budaya Barat, Timur, dan berbagai macam asal dan bentuknya, seakan meretas dan membongkar akar budaya bangsa yang notabene adalah budaya Timur.
“Ini merupakan tantangan bagi kita bersama untuk tetap menjaga dan melestarikannya. Apabila kita lalai akan budaya sendiri, sama saja mencabut akar dari budaya Indonesia, dengan melahirkan budaya yang tak beridentitas, bahkan akan terjebak dalam euforia budaya asing yang tak jelas arahnya,” Tutup Sigit.(YS)