Beritakalteng.com, PALANGKA RAYA- Meski saat ini wabah virus corona masih merebak di sejumlah negara China/Tiongkok dan sekitarnya, tampaknya itu tidak terlalu mempengaruhi nilai perdagangan luar negeri Provinsi Kalimantan Tengah (Ekspor Kalteng). Pasalnya, saat ini negara Tiongkok justru menjadi negara tujuan utama mitra dagang Provinsi Kalteng.
Hal ini, sebagaimana disampaikan pada Release Berita Resmi Stastik, yang disampaikan oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalteng, Yomin Tofri beserta jajaran yang menyebutkan bahwa pada bulan Januari 2020 kemarin, negara Tiongkok menjadi negara mitra dagang Kalteng, yang menempati posisi pertama, yakni sebesar 29,41 persen dari nilai total ekspor Kalteng.
Dalam Berita Resmi Statistik tersebut, untuk bulan Januari 2020 kemarin, menggambarkan 10 (sepuluh) negara mitra dagang Provinsi Kalteng, diantaranya pada posisi pertama ditempati Tiongkok sebesar 29,41 persen, diikuti India sebesar 25,13 persen, Jepang sebesar 25,06 persen, Philipina sebesar 5,10 persen.
Kemudian, Korea Selatan sebesar 4,98 persen, Malaysia sebesar 2,72 persen, Vietnam sebesar 2,41 persen, Kamboja sebesar 1,05 persen, Finlandia sebesar 0,77 persen dan negara lainnya sebesar 3,37 persen.
“Untuk negara tujuan ekspor Kalteng, pada bulan Januari 2020 ini mengalami pergeseran. Jika dibandingkan dengan bulan Desember 2019 kemarin, yang mana saat itu Jepang menjadi pangsa pasar ekspor Kalteng terbesar, yakni senilai US$ 714,21 juta. Di posisi kedua, ekspor dengan tujuan Tiongkok senilai US$ 528,56 juta,” terang Yomin dalam release Berita Resmi Statistik siang tadi.
Selain itu, untuk negara pengimpor ke Provinsi Kalteng, Yomin kembali menyebutkan, diantaranya Singapura sebesar 61,85 persen, Tiongkok sebesar 25,72 persen, Malaysia sebesar 11,27 persen, Vietnam sebesar 1,16 persen.
Sementara untuk komoditas ekspor Kalteng, Lanjut Yomin menjabarkan, untuk ekspor selama Januari 2020, sumber daya alam masih menjadi komoditas unggulan ekspor Kalteng. Hal ini terlihat dari cukup tingginya nilai ekspor hasil tambang dan hasil industri produk pertanian.
Menurunnya kinerja ekspor pada komoditas unggulan, berpengaruh pada kinerja ekspor secara keseluruhan. Ekspor bahan bakar mineral senilai US$ 92,36 juta, menurun 23,20 persen dari perolehan ekspor bulan sebelumnya.
Namun demikian, kontribusinya masih mendominasi sebesar 63,70 persen. Beberapa komoditas penting lainnya yang juga mengalami penurunan nilai ekspor adalah lemak dan minyak hewani/nabati (62,01 persen), bijih, kerak, dan abu logam (25,20 persen), serta karet dan barang dari karet (14,99 persen).
Sedangkan di sisi impor, terjadi kenaikan kebutuhan impor komoditas bahan bakar mineral, mesin/pesawat mekanik, dan bahan kimia anorganik mendorong kenaikan impor secara keseluruhan.
Kontribusi Impor bahan bakar mineral selama Januari 2020 cukup tinggi, yakni mencapai 61,85 persen, diikuti bahan kimia anorganik (20,23 persen) dan mesin/pesawat mekanik (13,87 persen).
“Dibandingkan awal tahun 2019, nilai impor tiga komoditas tersebut selama Januari 2020 menurun hingga 39,31 persen, yakni dari US$ 5,47 juta (Januari 2019) menjadi hanya US$ 3,32 juta (Januari 2020),” tutup Yomin.(YS)