Beritakalteng.com, PALANGKA RAYA- Selain Jepang, negara Tiongkok menjadi daerah tujuan utama ekspor Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng). Adanya wabah virus Corona, tampaknya tidak hanya berpengaruh pada sektor kesehatan dunia saja, melainkan juga memiliki pengaruh besar, terhadap perekonomian terutama ekspor dari Provinsi Kalteng ke Tiongkok.
Berdasarkan, keterangan yang disampaikan oleh Kepala BPS Provinsi Kalteng, Yomin Tofri saat didampingi jajaran menyampaikan, pada bulan Desember 2019, ekspor Kalteng mencapai US$ 15,79 juta (naik 63,33 persen). Sementara, untuk impor mencapai US$ 2,71 juta (turun 42,83 persen).
Dimana, secara kumulatif, Jepang masih menjadi pangsa pasar ekspor Kalteng terbesar, yakni senilai US$ 714,21 juta, meskipun terjadi penurunan sebesar 0,36 persen dibandingkan tahun 2018. Di posisi kedua, ekspor dengan tujuan Tiongkok senilai US$ 528,56 juta, terjadi kenaikan sebesar 52,84 persen, dibandingkan tahun 2018.
Adapun perolehan nilai ekspor Kalteng, selama bulan Desember 2019, didominasi dari sumber daya alam, yang masih menjadi komoditas unggulan ekspor Kalteng. Hal ini, terlihat dari cukup tingginya nilai ekspor bahan bakar mineral (US$ 120,26 juta), atau berkontribusi sebesar 55,73 persen, dari keseluruhan nilai ekspor.
Beberapa komoditas penting lainnya adalah lemak dan minyak hewani/nabati (US$ 47,28 juta), bijih, kerak, dan abu logam (US$ 23,53 juta), serta karet dan barang dari karet (US$ 12,01 juta).
Dibandingkan, bulan November 2019, kenaikan nilai ekspor dipengaruhi oleh bertambahnya transaksi ekspor, pada seluruh komoditas, kecuali untuk kayu dan barang dari kayu yang mengalami penurunan (26,68 persen). Peningkatan paling tinggi berasal dari bahan bakar mineral (124,70 persen).
Di sisi impor, seluruh komoditas impor selama Desember 2019 berasal dari Malaysia (US$ 2,05 juta) dan Laos (US$ 0,66 juta). Komoditas impor dari Malaysia adalah mesin/pesawat mekanik, bahan bakar mineral, serta bijih, kerak, dan abu logam.
Sedangkan, impor dari Laos adalah komoditas pupuk. Secara kumulatif, dua negara pemasok komoditas impor
adalah Malaysia (US$ 38,40 juta) dan Singapura (US$ 13,90 juta).
Sementara itu, ketika dibincangi awak media secara khusus, berkenaan dengan proyeksi perdagangan luar negeri beberapa bulan kedepan, khususnya ke negara Tiongkok, dan adanya isu wabah virus Corona, yang saat ini mempengaruhi kelancaran angkutan barang dan penumpang, baik itu arus masuk maupun keluar negara ini.
Kepala BPS Kalteng, Yomin Tofri menyebutkan, untuk Mitra Dagang Provinsi Kalteng, selain negara Jepang, negara Tiongkok juga menjadi negara tujuan ekspor Kalteng. Dimana, Tiongkok, pada bulan Desember 2019, menempati posisi kedua setelah Jepang.
“Berkenaan, adanya kebijakan untuk mengantisipasi hal tersebut, tentunya kita akan melihat hingga beberapa bulan kedepan, dan tentunya dalam perdagangan luar negeri Kalteng, saya duga kedepannya Kalteng akan menentukan beberapa negara alternatif ekspor lainnya, sebagai negara mitra dagangnya,” ungkap Yomin.
Hal senada, disampaikan Kepala Bidang (Kabid) Statistik Distribusi BPS Kalteng, Bambang Supriono SSi MM mengatakan, ketika adanya kebijakan perlakuan khusus, untuk arus hilir mudik ke suatu negara tujuan, tentunya itu juga akan berpengaruh pada perdagangan luar negeri Kalteng.
“Itu pasti akan berpengaruh, hingga setidaknya 3 (tiga) bulan kedepan. Dan, adanya kebijakan perlakuan khusus, untuk arus hilir mudik ke negara Tiongkok, China dan sekitarnya, juga akan mempengaruhi ekspor Kalteng ke negara tersebut,” pungkasnya.(YS)