Beritakalteng.com, PALANGKA RAYA- Menindaklanjuti fenomena yang terjadi perihal BAJAKAH. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalteng menggelar rapat koordinasi (rakor) dengan instansi dan lembaga terkait, selasa (20/8) di Aula Eka Hapakat Kantor Gubernur Kalteng Kota Palangka Raya.
Hadil dalam rakor tersebut, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kalteng Dr H Slamet Winaryo, Kepala Dinas Kehutanan (Dishut) Kalteng Sri Siswanto, perwakilan akademisi yaitu Dr Hendrik Segah Patianom, perwakilan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Riset Tanaman Obat dan Jamu Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Ristoja Kemenkes RI).
Hadir juga, siswa Siswi berprestasi yang berhasil melakukan penelitian awal terhadap Kayu Bajakah sebagai obat kanker pagudara bersamadi Guru Pembimbing dan Kepala Sekolah SMAN 2 Palangka Raya.
Rakor dibuka langsung Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Kalteng H Fahrizal Fitri SHut MP, yang selanjutnya dipimpin oleh Asisten II Setda Provinsi Kalteng drs H Nurul Edy Msi, yang didampingi oleh Komandan Korem 102/Pjg Kolonel Arm Saiful Rizal, Kepala BPOM Kalteng di Palangka Raya Hj Trikoranti Mustikawati, dan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalteng dr Suyuti Syamsul.
Dalam rakor tersebut, Komandan Korem 102/Pjg Kolonel Arm Saiful Rizal menyampaikan apresiasinya, kepada siswa siswi, yang telah berhasil dalam karya penelitiannya. Ini merupakan, salah satu ketahanan wilayah.
Ia juga mengatakan, pada tanggal 16 Agustus 2019 kemarin, pihaknya telah melakukan observasi, ke Taman Nasional Sebangau. “Disana saya dipandu oleh sejumlah pihak, termasuk pula dari tokoh masyarakat. Ternyata, saat di lapangan, tidak mudah untuk menemukan Bajakah Tunggal, seperti yang dimaksudkan itu,” ucapnya.
Kemudian, Ia juga menyebutkan, meski pihaknya telah menemukan tumbuhan ini, ternyata tidak mudah untuk membedakannya. Sebab, varian bajakah itu sendiri, memiliki beragam jenis dan kemiripan. Sehingga, memang agak sulit membedakannya.
Selain itu, fungsinya pun berbeda-beda, bahkan adapula yang mengandung racun. Jadi, diperlukan kehati-hatian dan ketelitian, dalam memilih dan mengkonsumsi bajakah.
Bukannya menjadi obat, tapi justru sebaliknya, bisa sangat berbahaya jika dikonsumsi dengan sembarangan. “Diperlukan suatu pengetahuan khusus, dan pemahaman, terhadap kearifan lokal masyarakat setempat,” katanya.
Tidak sampai di sana, Ia juga mengutarakan, meski pihaknya sudah menemukan tumbuhan ini, ada beberapa cara yang patut diperhatikan dan diikuti, menurut kearifan lokal masyarakat setempat.
Sebab, cara pengambilannya juga memperhatikan hari-hari tertentu, dan ada yang syarat untuk mengambilnya, hal itu seperti yang disampaikan tokoh masyarakat.
Hal senada disampaikan Kepala Dinkes Kalteng dr Suyuti Syamsul menyampaikan, penelitian yang dilakukan oleh siswa siswi SMAN 2 Palangka Raya ini, masih memerlukan penelitian lanjutan.
“Karena, kandungannya itu pun masih perlu diteliti lebih lanjut kandungan apa saja yang terdapat didalamnya, dan itupun harus diujicoba di laboratorium,” ujarnya.
Dikatakannya, untuk itu masyarakat diminta untuk tidak secara sembarangan mengkonsumsi akar bajakah ini. Masyarakat, juga diharapkan untuk bersabar, dan jangan asal konsumsi.
Kepala Dinas Pendidikan Kalteng Dr H Slamet Winaryo mengatakan, dari temuan hasil penelitian siswa siswi SMAN 2 Palangka Raya ini, menjadi suatu kebanggaan bersama, terlebih untuk masyarakat Kalteng pada khususnya.
“Keberhasilan dan prestasi anak didik kita ini, tidak terlepas dari dorongan berbagai pihak, terlebih perhatian bapak Gubernur Kalteng H Sugianto Sabran, yang konsen memperhatikan masalah pendidikan di Kalteng,” katanya.
Lanjut Slamet menuturkan, penelitian anak didik kita ini perlu didukung dengan penelitian lanjutan lagi. Mengingat, apa yang dilakukan oleh anak didik kita, merupakan penelitian awal, yang perlu didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh para pakar atau ahli, yang memiliki keilmuan yang lebih mumpuni lagi.
Disisi lain, Kepala BPOM Kalteng di Palangka Raya Hj Trikoranti Mustikawati mengatakan, penelitian siswa siswi kita ini, merupakan prestasi yang membanggakan.
Karena, apa yang dilakukan mereka ini, adalah upaya mengangkat nama Indonesia ke dunia internasional pada umumnya, sekaligus mengharumkan nama Kalteng. Dimana, dari penelitiannya ini, yang mengangkat pengobatan kanker, berbahan alam.
Namun, diharapkan juga penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut. Mengingat, seperti diketahui bersama, bahwa tumbuhan ini sangat banyak variannya. Karena, BPOM masih belum mengetahui nama latinnya.
Serta, kandungan kimia yang terdapat didalamnya. Sehingga, dengan demikian ketika telah teridentifikasi kandungan kimianya, maka akan diketahui manfaatnya kedepan.
“Kemudian, produk tanaman untuk menjadi obat, harus mengikuti prosedur penelitian yang terstandar. Termasuk, uji farmakologi dan uji medisnya,” tutup Hj Trikoranti.
Sebagai informasi dari hasil rakor tersebut, Pemerintah Provinsi Kalteng akan menindaklanjuti, dengan melakukan penelitian lanjutan, melalui tim yang akan dibentuk, kemudian didukung pula, dengan adanya peraturan gubernur, berkenaan peredaran tumbuhan bajakah.(YS)