Bidan Lini Terdepan Tekan Angka Kematian Ibu dan Anak

Beritakalteng.com, PALANGKA RAYA – Bidan memiliki peranan penting, dalam menekan angka kematian ibu dan anak, terutama pada masa kelahiran. Selain itu, bidan juga memliki peranan penting dalam mencegah stunting. Begitupula, peran bidan di Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), juga memiliki peran penting dalam menekan angka kematian ibu dan anak, sekaligus mencegah terjadinya stunting.

Bertepatan dengan Hari Bidan Nasional, yang secara rutin dilaksanakan setiap tanggal 24 Juni pada tiap tahunnya, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalteng dr Suyuti Syamsul MPPM berkesempatan, menyampaikan ucapan selamat Hari Bidan Nasional, kepada seluruh bidan, terkhusus bidan yang ada di seluruh Kalteng, yang telah berdedikasi mengabdikan dirinya, untuk masyarakat di Kalteng.

Dirinya juga mengatakan, bidan memiliki peranan vital, dalam menekan angka kematian ibu dan anak, serta mencegah stunting. Terutama, di wilayah Provinsi Kalteng.

“Bidan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan, yang mudah diakses oleh masyarakat, khususnya pelayanan kepada masyarakat yang berada di wilayah terpencil (pelosok) Kalteng,” ujar dr Suyuti Syamsul di sela-sela menghadiri kegiatan rapat paripurna DPRD Kalteng, Senin (24/06) pagi ini.

Lanjutnya, berkenaan dengan angka kematian ibu dan anak berdasarkan data yang tercatat di Dinkes Kalteng, per bulan Maret 2019, angka kematian ibu saat persalinan ada 13 kasus, dimana penyebab utamanya adalah pendarahan ada 7 kasus, Hipertensi dalam kehamilan ada 2 kasus.

Penyebab lainnya, seperti infeksi, gangguan sistem peredaran darah (jantung, stroke, dll), gangguan metabolik (DM, dll), dan faktor lainnya ‘zero acident’.

Jika dilihat daerahnya, untuk jumlah kematian ibu yang paling tinggi berada di Kabupaten Kapuas, yakni ada 4 kasus. Diikuti, Kotawaringin Timur (Kotim) ada 3 kasus, Lamandau ada 2 kasus, Pulang Pisau (Pulpis) ada 2 kasus, Seruyan ada 1 kasus.

Sementara, untuk jumlah kematian ibu yang paling rendah atau ‘zero aciden’, ada di beberapa daerah, yakni Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar), Barito Selatan (Barsel), Barito Utara (Barut), Sukamara, Katingan, Barito Timur (Bartim), Murung Raya (Mura) dan Kota Palangka Raya.

Kemudian, jumlah bayi lahir hidup ada 11.321 jiwa, dan jumlah bayi lahir mati ada 84 jiwa. Dimana, untuk angka bayi lahir mati, berada di Kabupaten Kapuas dan Katingan, yangmana kedua daerah ini sama-sama memiliki 13 kasus. Diikuti Mura ada 12 kasus, Kobar Kotim dan Barsel ada 9 kasus.

Sukamara dan Gumas ada 6 kasus, Barut Pulpis dan Bartim ada 2 kasus, Seruyan ada 1 kasus. Serta, yang zero acident hanya ada di dua daerah, yakni Lamandau dan Kota Palangka Raya.

 

 

Kembali disampaikan dr Suyuti Syamsul MPPM, bidan merupakan lini pertama dalam menekan angka kematian ibu dan anak. Peran bidan dalam masa persalinan, hendaknya tidak hanya sebatas pada saat kelahiran, potong dan selesai. Tapi, juga harus benar-benar lebih pada memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Saat ini, di seluruh fasilitas kesehatan resmi pemerintah hingga ke daerah-daerah, semuanya sudah mempunyai bidan. Kedepan, Dinskes akan mendorong para bidan, untuk meningkatkan SDM nya, agar nanti dapat melakukan pendekatan kepada masyarakat Kalteng, terutama mendorong masyarakat menggunakan fasilitas kesehatan formal, ketika melahirkan.

Hal lainnya, diharapkan pula para bidan yang berada di daerah pelosok, dapat melakukan kerjasama dengan bidan kampung, sehingga tidak mempengaruhi pandangan dan budaya masyarakat setempat.

Ia juga menuturkan, Dinkes Kalteng juga mempunyai program penugasan khusus ke Bidan. Dimana, setiap tahunnya kita lakukan penugasan bidan, kita khususkan ke daerah-daerah yang tidak ada atau kekurangan bidan, dengan masa satu tahun dimana gaji dan tunjangannya akan ditanggung oleh pemerintah provinsi.

Jika masih ada kekurangan, akan ditutup melalui provinsi, kemudian pengangkatan melalui tenaga honorer di daerah kabupaten kota se Kalteng, belum lagi ada penugasan Nusantara Sehat, yangmana bidan akan ditugaskan ke sejumlah daerah terpencil di Kalteng.

Dia mengatakan, hal ini bukan hanya di tenaga bidan, melainkan juga tenaga-tenaga kesehatan lainnya juga sama. Selama ini kan, mereka hanya ingin bekerja di kota semua.

Kendalanya, mungkin lebih pada fasilitas kehidupan di desa, akses yang sulit, serta jaminan kariernya seperti apa?, belum lagi mengingat bidan itu semuanya perempuan, sehingga hal-hal ini lah, yang menyebabkan pendistribusian bidan tidak merata dan menumpuk di daerah perkotaan.

Dan, sebetulnya jika berbicara rasio, Pria berkacamata ini menjelaskan, untuk jumlah bidan sebenarnya sudah lebih dari cukup untuk di Kalteng. “Namun, masalah besarnya, adalah pada distribusi. Ini yang menjadi masalah utamanya. Bagaimana cara mendorong mereka, agar mau ke desa,” tutupnya.(YS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *