BeritaKalteng.com, PALANGKA RAYA- Indonesia dihadapkan pada era baru yaitu era Revolusi Industri 4.0, yang mana era tersebut disebut juga era disruption. Pada era Revolusi Industri 4.0, terjadi perubahan yang sangat signifikan yaitu adanya transformasi berbasis digitalisasi.
Seiring dengan perkembangan transformasi berbasis digital di era Revolusi Industri 4.0, ancaman-ancaman bagi Indonesia juga ikut berkembang. Sebelumnya, di ketahui sebagai ancaman adalah ancaman konvensional seperti terorisme, invasi, dan kolonialisme asing.
Pada era sekarang, ancaman bagi Indonesia bertransformasi menjadi ancaman global yang sulit dideteksi. Setidaknya ada tiga ancaman yang dihadapi oleh Indonesia. Pertama, ancaman siber. Ancaman siber yang paling mudah menjadi contoh yaitu kasus kebocoran data Facebook.
Profil yang kita masukkan ke mendaftar ke Facebook dimanfaatkan oleh pihak tertentu dalam pengiklanan produk-produknya. Kedua, ancaman biologi. Hal ini disampaikan Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dalam kunjungannya bersama Kapolri, Tito Karnavian ke Kalimantan Tengah (26/04) pagi.
“Sekarang semakin banyak orang bisa menjadi agen virus biologis. Seperti serangan difteri di Suku Asmat, pada tahun ’97 sudah hilang tetapi muncul lagi. Hal itu bisa muncul secara alami atau dibuat” ungkap.
Ketiga, ancaman inequality fair atau kesenjangan. Masyarakat di Indonesia 51% telah memiliki handphone. Adanya isu kesenjangan dan jumlah pengguna handphone yang besar, dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk memberikan isu-isu negatif tersebut di media sosial.
“Isu-isu kesenjangan seperti kemiskinan, pengangguran, tenaga asing dimanfaatkan pihak tertentu, sehingga muncul paham komunis, radikal, dan ekstrimis. Lebih lagi, kini ada ancaman baru di media sosial yaitu munculnya berita hoax di dunia siber.” Lanjutnya.
Untuk itu, pihaknya meminta TNI dan Polri dapat menguatkan soliditas dan kebersamaan untuk menghadapi ancaman tersebut. Lebih lagi, Indonesia akan menghadapi Pilkada Serentak 2018 dan Pileg serta Pilpres di tahun 2019.
Hal senada juga dikatakan oleh Kapolri, Tito Karnavian pada kesempatan yang sama, TNI dan Polri harus kompak, bersinergi, dan memiliki soliditas, karena 5 Oktober 2017 Presiden, dalam rapat Pimpinan TNI dan Polri mengatakan TNI dan Polri menjalankan Politik Negara.
Pihaknya berharap TNI dan Polri dapat menjadi pemersatu bangsa dan berperan dalam Politik Negara yaitu menjamin pertumbuhan ekonomi, menjaga stabilitas keamanan dan stabilitas politik.
(byp)