Beritakalteng.com, BUNTOK – Siap untuk terus memberikan yang terbaik, Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Buntok, Kabupaten Barito Selatan, membutuhkan tambahan sarana dan prasarana.
Meskipun memiliki segudang prestasi dan mampu mengharumkan nama daerah di tingkat nasional, maupun hingga tingkat internasional, namun sekolah yang terletak di Jalan Sukarno – Hatta, Desa Sababilah, Kecamatan Dusun Selatan, Barsel ini, masih kekurangan sarana dan prasarana.
Diterangkan oleh Kepala SLB Negeri 1 Buntok, Dwi Sartono, S.Pd, MM, bahwa saat ini sekolah khusus bagi para penyandang Difabel (kekurangan fisik, red) ini, hanya memiliki empat ruangan untuk SDLB dan dua ruangan untuk SMPLB, serta dua lagi digunakan untuk ruangan SMALB.
Untuk itu, diakui oleh Dwi, pihaknya sangat membutuhkan penambahan bangunan gedung baru, untuk dijadikan ruangan belajar mengajar bagi SDLB, SMPLB dan SMALB, ruangan terapi, ruang keterampilan, ruang kesenian, serta ruang ibadah.
“Karena kami masih kekurangan, yaitu ruang untuk terapi, keterampilan dan kesenian, kami belum memiliki sama sekali, hanya menggunakan ruang kelas yang dimodifikasi. Kedepan, kami juga mengharapkan lagi dibangun ruang khusus untuk ibadah, baik bagi yang Muslim dan non Muslim,” tuturnya kepada awak media, Senin (23/12/2019).
Selanjutnya, diutarakan oleh Dwi lagi, saat ini sekolah yang pernah mengorbitkan seorang atlet renang peraih juara II pada gelaran renang dunia di Australia pada tahun 2012-2013 tersebut, pihaknya juga pernah mengusulkan kepada Pemkab pada tahun 2017 lalu, untuk membantu membuatkan kolam renang untuk tempat melatih para atlet.
Hal tersebut dikatakan olehnya, sangat dibutuhkan, pasalnya pihaknya pernah mengalami pengalaman pahit, dimana harus melatih atlet hanya dengan memanfaatkan alam, yakni di danau Sadar.
“Kami juga pernah mengusulkan kepada Bupati, untuk membangun prasarana kolam renang. Karena kami masih memiliki tanah itu di samping, yang belum dibangun sebanyak 50×50 meter. Karena dulu, kami pernah punya anak didik atlet renang juara II di Australia, karena belum ada kolam renang saya harus melatihnya di Danau Sadar,” ceritanya.
Lanjut pria yang juga merupakan Ketua Ikatan Guru Pendidikan Khusus (IGPKI) Provinsi Kalimantan Tengah ini lagi, sebab SLB ini merupakan satu-satunya di Barsel, saat ini pihaknya juga sangat membutuhkan adanya bantuan makanan bagi para siswa yang tinggal di asrama, karena pihak sekolah tidak memiliki dana untuk memenuhi hal tersebut, apalagi bagi para siswa yang berasal dari desa-desa dan kebanyakan memang berasal dari keluarga tidak mampu.
Diceritakan Dwi, selama ini pihaknya sudah berusaha mengakali hal tersebut, dengan cara mengantar jemput siswa yang berasal dari Kota Buntok dan sekitarnya. Namun karena transportasi yang digunakan adalah kendaraan pribadi, maka hanya mampu memberikan tumpangan terbatas saja.
“Tidak kalah pentingnya, karena anak-anak kita dari SLB itu berasal dari DAS Barito, perlu adanya menampung di asrama. Nah kesulitan kami adalah masalah permakanan, karena sekolah tidak ada menyediakan hal itu. Selama ini kami menangani yang tinggal di Buntok, kami antar jemput menggunakan kendaraan pribadi, muatannya hanya mampu delapan orang, itupun saya sering muat sampai 12 orang, yang kecil-kecil dipangku,” bebernya.
Untuk itu, dirinya mengaku sangat membutuhkan perhatian dari semua pihak, baik itu Pemerintah ataupun pihak swasta.
“Siswa-siswa yang tinggal jauh dari kota, kita harapkan di asramakan. Nah untuk itu, kita minta kepada Pemerintah Daerah melalui Dinas Sosial, ataupun masyarakat untuk membantu, minimal dalam hal permakanan, misalnya dalam bentuk beras. Ataukah perusahaan, bisa membantu, minimal setiap bulan, untuk membantu mereka yang tidak mampu,” harapnya. (Sebastian)