UPR Gelar Perayaan Dharma Santi Nyepi Tahun Baru Saka 1946

PALANGKARAYA – Sebagai rangkaian perayaan Nyepi Tahun Baru Saka 1946. Perhimpunan Mahasiswa Hindu Universitas Palangka Raya (PMH UPR) menggelar kegiatan Dharma Santi, Minggu (7/05/2024).

Dharma Santi secara filosofi mengandung arti saling memaafkan antara sesama untuk meraih kedamaian.

Kegiatan Dharma Santi yang dilaksanakan di Aula Palangka UPR ini mengambil tema “Sat Cit Ananda Untuk Indonesia Jaya” dengan sub tema “Melalui Dharma Santi Universitas Palangka Raya Kita Wujudkan Sat Cit Ananda Dalam Kehidupan Dengan Menumbuhkan Kesadaran Spirit Generasi Muda Untuk Menghadapi Diversitas”.

Kegaitan ini di hadiri Civitas Akademika UPR, Perwakilan Bimas Hindu Kanwil Kemenag Kalimantan Tengah, Majelis Besar Agama Hindu Kaharingan Provinsi Kalimantan Tengah, Organisasi Pemuda Hindu se-Kota Palangka Raya serta Unit Kegiatan Mahasiswa di lingkungan UPR.

Pembina PMH UPR , Ida Bagus Suryanatha S.Sos., M.A dalam  menyampaikan terima kasih kepada Perwakilan Bimas Hindu Kanwil Kemenag Kalteng, serta seluruh tamu undangan.

“Rangkaian Dharma Santi Nyepi ini sebelumnya telah dilaksanakan beberapa lomba diantaranya Tri Sandya, Kandayu/Kidung Suci, Lagu Rohani, Karungut dan Lomba Make Up yang diikuti oleh peserta pelajar dan mahasiswa Se-kota Palangka Raya,” kata Ida Bagus.

Tema yang diusung pada Dharma Santi Nyepi tahun ini ujarnya, memiliki makna kebahagian rohani yang tertinggi di banding dengan kebahagiaan duniawi.

Serta mengajak generasi muda untuk menumbuhkan kesadaran dalam menghadapi diversitas atau keragaman dan bersatu dalam Bhinneka Tunggal Ika untuk Indonesia Jaya.

Rektor UPR, Prof.Dr.Ir. Salampak MS diwakili Direktur Pascasarjana UPR Prof. Dr. I Nyoman Sudyana, M.Sc., menyampaikan ucapan Selamat Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1946 kepada seluruh umat Hindu di seluruh Indonesia.

“Pelaksanaan Dharma Santi Nyepi ini merupakan rangkaian dari Hari Raya Suci Nyepi yang dimana sebelumnya umat Hindu telah melaksanakan Catur Bratha Penyepian yang terdiri, Amati Karya (tidak bekerja),”

“Amati Lelungan (tidak bepergian), Amati Geni (tidak menyalakan api), dan Amati Lelanguan (tidak bersenang-senang) dimana Catur Bratha Penyepian ini bermakna bagi umat Hindu untuk introspeksi, pembersihan diri dan pemulihan,” kata Prof.I Nyoman

Kesunyian yang dipraktikkan selama Nyepi, jelasnya menambagkan, melambangkan kontemplasi dan memungkinkan umat Hindu untuk merenungkan kehidupan mereka, menilai perbuatan mereka, dan memulai tahun baru dengan pikiran yang tenang dan hati yang suci.

Selain itu, Nyepi juga merupakan cara untuk menjaga keseimbangan alam dan hubungan antara manusia dan alam semesta.

“Dengan menghentikan semua aktivitas manusia, Nyepi memberikan kesempatan bagi alam untuk beristirahat dan pulih dari gangguan yang ditimbulkan oleh kehidupan sehari-hari,” bebernya menambahkan.

Perayaaan Nyepi kali ini bersamaan dengan bulan puasa Ramadhan, momentum tersebut mengajarkan bahwa toleransi dan hidup rukun berdampingan antar umat beragama dan  sikap saling menghormati dalam menjalankan agama adalah modal besar bangsa indonesia untuk menjadi bangsa yang jaya.(a2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *