Beritakalteng.com, PALANGKA RAYA- Berdasarkan hasil penelitian dari Pusat Kajian Gizi Regional (PKGR) Universitas Indonesia (UI), yang dilakukan oleh Grace Wangge bahwa sebanyak 32,1 persen anak-anak berusia 10-18 tahun di Indonesia, dinyatakan ketagihan menghisap rokok.
Dimana hal tersebut menjadi perhatian dari banyak pihak, salah satunya Wakil Ketua DPRD Kota Palangka Raya Wahid Yusuf, dimana kasus seperti ini perlindungan anak-anak terhadap kecanduan rokok sangat penting untuk diperhatikan dan ditindak lanjuti.
“Awalnya hanya didasari dengan mencoba-coba, selanjutnya terbawa oleh suasana lingkungan sekitar, kemudian menjadi kebiasaan. Sangat disayangkan usia terbilang muda sudah harus menjadi seorang pecandu rokok. Untuk itu saya meminta agar di sekolah para siswa diberi pengawasan yang ekstra agar tidak salah jalur dalam menempuh pendidikan,”jelas Yusuf kepada awak media, Selasa (10/03).
Untuk itu pihak sekolah harus lebih ekstra lagi didalam melakukan pengawasan dan pemantuan kepada para siswa tambah Yusuf, terutama terhadap murid laki-lakinya yang di dominan terbanyak dalam riset pecandu rokok terbanyak.
Politikus Golkar tersebut kembali menjelaskan, Pendidik atau guru adalah orang tua pertama di sekolah, dengan sendirinya peran dan pengawasan mereka sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang para siswa yang ada di sekolah. Karena memasuki tahap peremajaan anak-anak tersebut memiliki rasa penasaran yang tinggi, keingin tauan untuk mencoba sesuatu sangatlah tinggi.
“Selain guru, tentu peran orang tua juga tidak lepas untuk melakukan pengawasan terhadap anaknya, semua saling bersinergi, guru dan orang tua selalu melakukan monitoring terhadap kegiatan yang dilakukan sang anak. Diantaranya memantau pergaulannya, lingkungannya, dan aktivitas yang dikerjakan sehari-harinya sang anak,”ucap pria penyuka Otomotif tersebut.
Wakil rakyat Dapil III tersebut meminta, agar para guru dan orang tua bisa berperan aktif dan maksimal dalam membimbing pengembangan karakter sang anak. Tentunya agar karakter mereka dapat terbentuk dengan baik dan sesuai harapan. Dimana karakter dimaksud dapat terbentuk hingga sang anak memiliki empati, simpati dan partisipatif disertai keimanan dan ketakwaan yang luar biasa.
“Mari bersama menjaga aktivitas dan kesehatan sang anak, karena merekalah calon penerus bangsa kedepannya. Lakukan pengawasan dengan semaksimal mungkin agar siswa/anak tidak salah dalam mengambil langkah dalam pergaulan, kita dorong mereka agar menjadi anak-anak yang berguna bagi nusa dan bangsanya,” tutup Yusuf.(YS)