Mahasiswa Garda Terdepan Menangkal Paham Radikalisme

Beritakalteng.com, PALANGKA RAYA – Sejumlah literasi mengartikan, radikalisme adalah suatu paham yang menginginkan sebuah perubahan atau pembaruan dengan cara drastis hingga ke titik paling akar. Bahkan, untuk mencapainya melibatkan banyak cara hingga yang paling ekstrem, seperti melalui kekerasan baik simbolik maupun fisik.

Oleh karena itu, penyebarluasan paham radikalisme itu harus dicegah, agar tidak bertumbuh  subur di masyarakat. Upaya mencegah penyebarluasan paham radikalisme, membutuhkan peran serta dari semua pihak. Tak terkecuali, perguruan tinggi yang menjalankan perannya, dalam mencegah penyebarluasan paham radikalisme di lingkungan kampus.

Seperti yang dilakukan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Palangka Raya (FISIP UPR), yang menyelenggarakan kuliah umum, yang bertema ‘Paham Radikalisme dan Kampus’. Kegiatan, berlangsung di aula Fakultas Pertanian UPR, Senin (08/07) pagi ini.

Ketua Penyelenggara, Evi Nurleni MSi menyampaikan, kuliah umum ini digagas sebagai tanggung jawab moral akademik. menyikapi fenomena tentang kampus negeri, yang diduga telah terpapar radikalisme.

“Harapan kami, melalui kegiatan ini juga, menjadi salah satu upaya memahami lebih mendalam, apa saja yang menjadi faktor-faktor penyebab, terkait dengan radikalisme. Serta, mengetahui bagaimana langkah-langkah mengantisipasinya,” terang Evi Nurleni MSi.

Dirinya juga menambahkan, kuliah umum ini menghadirkan 2 (dua) keynote speaker, yakni Dosen King Fahd University of Petroleum and Minerals Arab Saudi  Prof Sumanto Al Qurtuby MSi MA PhD, dan Eva Dipanti Tumba (Neuro-Science).

“Dengan demikian, kita dapat mengetahui beberapa upaya, untuk mencegah penyebarluasan paham radikalisme di lingkungan kampus, terlebih khususnya lagi di kalangan mahasiswa dan seluruh civitas akademika di UPR,” ujarnya mengatakan.

Sementara itu, dalam penyampaian materinya, Dosen King Fahd University of Petroleum and Minerals Arab Saudi, Prof Sumanto Al Qurtuby MSi MA PhD, yang mengupas permasalahan radikalisme, melalui pendekatan antropologi sosial.

dirinya mengutarakan, apabila benar seperti yang disampaikan Dekan FISIP UPR kalau kampus ini, menjadi salah satu dari 7 atau 8 perguruan tinggi di Kalimantan, yang diduga telah terpapar paham radikalisme, maka itu tidak bisa dibiarkan.

“Itu harus kita tangani segera, secara serius, melalui pendekatan jangka panjang. Terlebih, mengingat Kalteng, masyarakatnya sangat ‘Plural’, dan jangan sampai kelompok-kelompok inteloransi ini, dapat secara leluasa menyebarluaskan paham-paham inteloransi di Indonesia, terkhususnya di Kalteng. Sehingga, keberadaannya, dapat merusak sendi-sendi kehidupan bangsa kita,” terang Dosen King Fahd University of Petroleum and Minerals Arab Saudi ini.

Pria berkacamata ini juga mengharapkan, kepada para mahasiswa, yang sekaligus sebagai generasi muda, yang merupakan agen-agen perubahan bangsa ini. Agar, tidak mudah terprovokasi, oleh betbagai paham yang bertentangan dengan Kebhinekaan.

Generasi muda, yang juga sebagai mahasiswa, hendaknya dapat menjadi agen-agen toleransi, yang memiliki sikap idealis, untuk tetap tegus menjunjung dan menyebarluaskan nilai-nilai Kebhinekaan.

Ditempat terpisah, Dekan FISIP UPR saat dijumpai di ruang kerjanya, Prof Kumpiady Widen MA PhD mengatakan, kuliah umum yang diselenggarakan ini, sangat baik sekali, yakni berkenaan paham radikalisme di lingkungan kampus.

tidak menampik adanya isu yang berkembang, bahwa sejumlah kampus, yang diduga sudah terpapar paham radikalisme. Termasuk pula di universitas ini, yangmana berdasarkan data, dan koordinasi dengan sejumlah pihak, disebutkan bahwa ada beberapa mahasiswa dan dosen, yang diduga telah terpapar paham radikalisme.

“Biasanya, yang terpapar paham radikalisme itu, berasal dari jurusan dan fakultas ilmu pasti (MIPA). Di unversitas ini, isu tersebut bukan hanya sebagai isu isapan jempol saja, melainkan nama-nama, baik itu mahasiswa maupun dosennya, yang diduga terpapar paham radikalisme, sudah dikantongi oleh pihak berwenang.”

“Terutama, yang bergabung ke dalam ormas radikal, itu yang pasti saya tahu. Begitu pula, di fakultas ini, saya pun sudah mengetahui nama dosen yang diduga menjadi salah satu pimpinan ormas radikal tersebut,” terangnya.

Dirinya berharap mahasiswa berpikiran cerdas, dan kritis. jangan langsung ‘menelan’ informasi yang diterima, tapi harus benar-benar menyaring informasi tersebut terlebih dulu, sebelum menyerap sebuah informasi.

Ia mencontohkan, seperti informasi yang selama ini berkembang, yakni berkenaan konflik perang di negara Palestina dan Israel. Saat ini, ada beberapa isu bahwa konflik itu disebabkan perang agama. Dan, informasi itu masuk ke umat-umat muslim, dan itu ‘mendidih’, sehingga informasi tersebut, langsung diterima, tanpa disaring terlebih dulu, maka akhirnya menjadi pemahaman yang salah.

Yang benar itu, konflik perang yang terjadi itu, bukan oleh faktor agama, melainkan lebih pada perebutan satu wilayah. Dan, hal itu sudah ada tercatat di dalam kitab suci. Seperti apa yang disampaikan pemateri kuliah umum tadi, sangat betul sekali.

“Banyak membaca itu sangat penting. Ketika, mahasiswa itu malas membaca, maka informasi-informasi tidak secara utuh dipahami. Jadi, pesan saya, agar mahasiswa itu hendaknya, lebih banyak membaca. Dengan banyak membaca, maka mahasiswa itu bisa semakin kritis, dan selalu ingin bertanya, untuk mencari sebuah kebenaran,” ucapnya.

Ditambahkannya, khususnya untuk mahasiswa, dapat lebih cerdas lagi, dengan lebih banyak membaca. Selain itu, mahasiswa yang rata-ratanya adalah generasi muda, dapat menjadi agen-agen perubahan, yang juga menjadi agen-agen toleransi.

Sehingga, dengan demikian mahasiswa dapat menjadi agen-agen, yang mentransmisikan paham-paham kemajemukan dan kebhinekaan di tengah-tengah masyarakat, khususnya di wilayah Kalteng.(YS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *