PALANGKARAYA – Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK), Provinsi Kalimantan Tengah masih memiliki tingkat literasi dan inklusi keuangan di bawah rata-rata nasional, yaitu sebesar 32 persen dan 81 persen.
Hal ini disampaikan Kepala OJK Provinsi Kalimantan Tengah, Primandanu Febriyan Aziz ketika menghadiri kegiatan penutupan Dies Natalis ke-13 Jurusan Manajemen Universitas Palangka Raya (UPR) dan menjadi narasumber belum lama ini.
“Meski masih dibawah rata-rata nasional, indeks literasi dan inklusi keuangan di Kalteng menunjukkan peningkatan positif setiap tahunnya,” kata Primandanu di Gedung Pasca Sarjana Universitas Palangka Raya.
Pada kegiatan yang betajuk “Menggali Potensi dan Tantangan Financial Technology di Era Digital dan Waspada Investasi Ilegal” dirinya juga menyampaikan bahwa literasi digital masyarakat Indonesia saat ini pada tingkat “Sedang” dengan skor 3,54 dari skala 1-5.
Belum optimalnya literasi digital tersebut berdampak pada banyaknya masyarakat yang terjebak penawaran investasi ilegal.
Oleh karena itu, OJK hadir bersama Satgas PASTI (Satuan Tugas Pemberantasan Aktivitas Keuangan Ilegal) yang memiliki tugas melakukan pencegahan dan penanganan terhadap entitas illegal.
“Saya berharap pemahaman literasi keuangan digital dapat ditingkatkan karena hal tersebut sangat penting untuk menjadi fondasi utama dalam mencegah kejahatan digital,” bebernya.
Selain itu, dalam rangka melindungi konsumen juga dibutuhkan kolaborasi seluruh stakeholders dan lembaga jasa keuangan untuk selalu mengingatkan kepada masyarakat terkait 2L, yaitu memastikan bahwa penawaran produk keuangan yang kita terima Legal dan Logis.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh sekitar 50 (lima puluh) perwakilan mahasiswa/i Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Palangka Raya serta dihadiri juga oleh Kepala OJK Provinsi Kalimantan Tengah.
Asisten Analisis Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah, Kasubdit II/Fismondev Ditreskrimsus Polda Provinsi Kalimantan Tengah, Ketua Jurusan Manajemen Universitas Palangka Raya dan Dosen Pembina HMJ-Manajemen Universitas Palangka Raya.
Dosen Pembina Himpunan Mahasiswa (HMJ) Manajemen Universitas Palangka Raya, Sanjayanto Nugroho, SA.M.M menyampaikan pentingnya financial technology (fintech) untuk meningkatkan inklusi Keuangan serta mendorong akses yang merata bagi seluruh lapisan masyarakat terhadap layanan keuangan.
“Dengan tema talkshow ini, pengetahuan yang didapat diharapkan dapat memberikan pemahaman mendalam tentang teknologi digital, serta cara menghindari investasi ilegal,” kata Sanjayanto.
Ditempat yang sama, Ketua Jurusan Manajemen Universitas Palangka Raya, Dr. Meitiana, M.M menjelaskan bahwa kegiatan penutupan Dies Natalis Ke-13 Jurusan Manajemen ini juga sekaligus memperingati pendirian Fakultas Ekonomi dan Bisnis pada tahun 1964.
“Jurusan Manajemen telah mengukir banyak prestasi, termasuk di tingkat internasional. Saya berharap setiap kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa memiliki potensi untuk berkontribusi pada pencapaian akreditasi yang unggul,” katanya.
sesuai dengan tema talkshow terkait perkembangan fintech di era digital ini, Dirinya berharap mahasiswa dapat lebih berhati-hati dan bijaksana dalam menggunakan fintech P2P Lending.
Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi pemaparan materi talkshow “Potensi Dan Tantangan Fintech Di Era Digital Dan Waspada Investasi Ilegel” oleh tiga narasumber, yaitu OJK Provinsi Kalimantan Tengah, Bank Indonesia Kalimantan Tengah, dan Polda Kalimantan Tengah.(a2)