FOTO : Ketua Asusiasi Biro Perjalanan Wisata (ASITA) Provinsi Kalimantan Tengah, Bhayu Rhama,ST,MBA,Ph.D ketika bersama Wakil Gubernur Kalteng, H. Edy Pratowo, S. Sos, M.M

Khasanah Budaya Kalteng Kembali Dihadirkan di Event Internasional

PALANGKARAYA – Pada Event Internasional yakni China Asean Expo (CAEXPO) 2023. Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) untuk pertama kalinya berkesempatan mempromosikan atau memperkenalkan khasanah kekayaan budaya daerah kepada pelaku usaha dan masyarakat Republik Rakyat Tiongkok (RRT), serta negara ASEAN lainya.

Pada pelaksanaan kegiatan CAEXPO yang dimulai sejak tanggal 16 sampai dengan tanggal 19 September 2023 kemarin di Nanning International Convention and Exhibition Center, Nanning Guangxi.

Rombongan yang dipimpin langsung oleh Wakil Gubernur Kalteng, H. Edy Pratowo Pratowo S.Sos, M.M ini tidak hanya menawarkan destinasi wisata seperti Wisata Tanjung Puting.

Akan tetapi dalam momentum yang luar biasa tersebut, Kalteng juga menghadirkan pertunjukan berupa seni tarian dayak dan juga peragaan busana ciri khas Kalimantan Tengah dan produk-produk lokal lainya.

Ketua Asusiasi Biro Perjalanan Wisata (ASITA) Provinsi Kalimantan Tengah, Bhayu Rhama,ST,MBA,Ph.D menyampaikan bahwa kegiatan promosi pariwisata di event tingkat internasional ini tidak hanya di negara Cina saja, namun Kalteng belum lama ini juga sudah menghadirkan kekayaan budaya daerah kepada negara Turki.

“selain memperkenalkan kekayaan budaya yang kita miliki, kegiatan CAEXPO ini juga bertujuan untuk mempromosikan peluang kerjasama di sektor perdagangan dan investasi kepada pelaku usaha dan masyarakat RRT, serta negara ASEAN lainya,” kata Bhayu, Senin (25/9/2023).

Dengan kegiatan ini tersebut lanjut Bhayu, tentunya berpotensi besar dalam mendatangkan wisatawan dan investor asal Cina ke Kalimantan Tengah. Sejauh ini wisatawan asal Cina sendiri cukup banyak, tapi lebih kepada arah melakukan bisnis. Kendati demikian, hal tersebut menurutnya juga dianggap sebagai wisatawan.

Ketika disinggung terkait evaluasi kedepan pasca mengikuti kegiatan CAEXPO. Bhayu kembali memberikan masukan bahwa kedepan lebih kepada pendekatan secara bahasa. pasalnya, kebanyakan masyarakat RRT tidak bisa menggunakan bahasa Inggris.

“kita mempersiapkan bahasa internasional Inggris ke sana, namun ternyata masyarakat China tidak mengerti karena sama huruf abjad aja mereka (masyarakat RRT. red) tidak tau. Saran saya ketika kita melakukan promisi di negara lain, usahakan menggunakan bahasa di negara itu,” katanya lebih dalam.

Menurutnya, Sumber Daya Manusia (SDM) untuk memenuhi hal tersebut cukup banyak di Kalimantan Tengah. Bahkan katanya lagi, di Kota Palangkaraya saja banyak SDM yang bisa berbahasa mandarin.

Selain dari sisi bahasa, tidak kalah pentingnya lagi mengenai objek wisata yang akan ditawarkan. Dalam arti objek wisata kedepanya diharapkan dapat memberikan konsep objek wisata yang dibutuhkan.

“semisal Cina, disana memiliki dataran yang luas, sementara untuk tepian pantai sendiri hampir tidak ada. jadi bisa dilihat masyarakat RRT lebih senang ke pantai, karena mereka tidak memiliki pantai disana,”

“Jadi kalau Kalteng memiliki pantai, itu yang bisa kita jual. Seperti pantai yang ada di Pangkalan Bun atau Ujung Pandaran Kotim, nah kedepannya itu yang bisa kita kemas,” ungkap Wakil Dekan FISIP UPR ini.

Tanggapan masyarakat RRT terhadap khasanah budaya Kalteng sendiri ketika pergelaran CAEXPO cukup tinggi. Hal ini terlihat ketika masyarakat disana lebih tertarik dan animonya sangat tinggi dengan ciri khas busana Dayak.

“konsep ditempat kita kemarin, kita disana juga mempromosikan tentang konsep fauna endemik yang kita miliki yakni Orangutan dimana ditempat lain tidak memiliki hal itu,” tutupnya.(a2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *