BERITAKALTENG.com – SAMPIT – Kepala SMPN 1 Cempaga, La Fahudi mengatakan bahwa pihaknya sempat mengalami kendala yakni guru-guru harus lebih ekstra dalam mengajar anak-anak. Karena suasana belajar dari rumah (BDR) dengan pembelajaran tatap muka (PTM) jauh berbeda.
“Selain itu anak-anak juga kadang masih lupa menggunakan masker, bahkan kemarin sempat ditegur oleh Satuan Tugas (Satgas) Kecamatan Cempaga. Namun hal itu sudah bisa kami atasi,” ujarnya, Rabu (10/3/2021).
La Fahudi juga mengatakan, penerapan protokol kesehatan di sekolahnya tetap terjaga. Dimana pihaknya sudah sempat melakukan uji coba PTM pada bulan November tahun 2020 lalu. Yang kemudian semuanya aman terkendali, hingga diawal tahun 2021 sudah bisa kembali diterapkan PTM.
“Karena kasian juga anak-anak kalau BDR, berdasarkan penelitian anak-anak hanya mampu menyerap sebanyak 40 persen saat BDR. Untuk itu kami berusaha keras menyiapkan persyaratan yang ditetapkan pemerintah agar bisa PTM,” tegasnya.
Dirinya juga menyebutkan, bahwa saat saat awal dilaksanakannya BDR saat itu adalah penerimaan siswa baru. Sehingga pihaknya khawatir jika terlalu lama melakukan BDR anak-anak tidak bisa mendapatkan pembelajaran dengan maksimal atau mengalami kesulitan belajar.
“Orang tua anak-anak juga hampir 100 persen menyetujui PTM, memang sebelumnya ada sebagian yang tidak setuju namun setelah melihat semangat anak-anak untuk ke sekolah para orang tua akhirnya setuju,” ujarnya.
Lebih lanjut dikatakan Fahudi, mengingat saat melakukan BDR para orang tua jua mempunyai keluhan banyaknya menghabiskan paket data internet. Walaupun sebelumnya ada subsidi paket dari pemerintah, namun menurut para orang tua tidak semua anak-anak menggunakan paket untuk belajar, ada yang digunakan untuk bermain game.
“Maka dari itu kami berjuang agar anak-anak belajar di sekolah saja. Semoga berbagai kendala yang sudah bisa kami atasi ini kedepannya membuahkan hasil yang baik bagi anak-anak maupun sekolah,” tutupnya. (arl/aga)