Situasi Sulit Pandemi COVID-19, Pemulung TPA Kota Butuh Perhatian

FOTO : Kondisi Sulit Warga TPA Tjilik Riwut Km 14 Kota Palangka Raya, Sabtu (9/5/2020).

Beritakalteng.com, PALANGKA RAYA- Dampak adanya pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang juga mewabah di Kota Palangka Raya, saat ini juga mulai dirasakan oleh para pencari nafkah, dengan jalan mencari dan memungut, serta memanfaatkan barang limbah (pemulung, red).

Dimana, berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh salah satu pemulung, yang ada di kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA), Jalan Tjilik Riwut Km 14 Kota Palangka Raya, Hendra mengungkapkan, saat ini untuk jumlah Kepala Keluarga (KK) yang bekerja sebagai pemulung, ada sekitar 100 KK lebih, yang sudah berdomisili di daerah setempat, baik yang sudah memiliki kartu tanda penduduk ataupun hanya sekedar kartu tanda domisili saja.

“Saat ini pendapatan kami sangat menurun drastis, bahkan kadang tidak ada pendapatan sama sekali. Jika dibandingkan, sebelum adanya virus korona yang mewabah di Kota Palangka Raya,” Ungkap Hendra, saat dibincangi BeritaKalteng.com, Sabtu (9/5/2020) sore.

Lanjut Hendra mengatakan, sebelum adanya virus korona, pendapatan harian warga setempat, dari menjual plastik limbah, rata-ratanya berkisar Rp. 50 ribu per hari.

Namun, setelah adanya virus korona mewabah di Kota Palangka Raya, pendapatan mereka pun sangat menurun drastis, bahkan terkadang tidak ada pemasukan sama sekali. Kondisi tersebut, semakin memperburuk perekonomian warga setempat.

Dikatakan Hendra, untuk bisa mendapatkan uang Rp. 50 ribu per hari, warga setempat sudah sangat bersyukur, namun sekarang, di tengah adanya pandemi COVID-19, warga setempat sangat sulit dan membutuhkan perhatian dari pemerintah.

“Sebelum adanya virus korona, kami bisa menjual plastik limbah di lokasi dengan harga Rp. 1.500 per kilogram nya, namun sekarang harga di sini hanya berkisar Rp. 700-800 per kilogram nya. Itupun sangat sulit sekali laku nya,” Ucap pria paruh baya ini.

Hendra juga mengutarakan, saat adanya virus korona yang mewabah di Kota Palangka Raya, gudang penampungan limbah plastik, sementara ini tutup dan tidak membeli limbah plastik yang telah dikumpulkan ini oleh para pemulung.

Dirinya juga mengatakan bahwa kondisi tersebut, semakin menyulitkan kehidupan mereka. Karena mengingat, usaha memulung sampah plastik, merupakan salah satu usaha utama warga setempat, untuk menafkahi keluarganya.

“Adanya kondisi demikian, sangat menyulitkan kehidupan ekonomi kami. Karena, kami tidak bisa lagi mendapat pendapatan, seperti sebelum adanya virus korona,” Ungkapnya.

Sementara itu, saat disingung soal bantuan sembako dan bantuan lainnya, kembali Hendra mengatakan bahwa pihaknya memang ada sesekali menerima bantuan yang berasal dari berbagai pihak, tapi itu tidak semuanya menerima.

“Kami memang ada menerima bantuan sembako dan bantuan lainnya, tapi itu tidak semua warga mendapatkannya. Padahal, rata-rata usaha warga di sini hanya mengumpulkan dan memilah limbah plastik, untuk menafkahi keluarga kami,” Jelasnya.

Bantuan yang disalurkan, berasal dari orang per orang atau organisasi saja, sambung Hendra menambahkan, untuk bantuan sembako atau bantuan sosial tunai dari pemerintah masih belum ada.

“Kami saat ini, sangat membutuhkan bantuan dari pemerintah. Kami berharap pemerintah juga bisa memperhatikan warga di sini. Kami juga bagian dari warga Kota Palangka Raya, warga Kalimantan Tengah. Dan sudah sewajarnya lah kami menyampaikan kondisi sulit kami saat ini, di tengah adanya pandemi COVID-19 yang mewabah di Kota Palangka Raya,” Tutup Hendra.(YS/a2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *