UPR Butuhkan Pasokan Listrik 865 kVA Untuk Bangunan Gedung Raksasa

Foto : Penandatanganan MoU antara manager PT.PLN Persero UIW KSKT UP3 Palangka Raya, Faisal Muslim dengan Rektor UPR Dr. Andre Elia,  SE,MSi, rabu (08/1) siang tadi. 

Beritakalteng.com, PALANGKA RAYA- Direncanakan tahun 2020 sampai dengan tahun 2021 nanti,  sejumlah gedung raksasa akan dibangun di Universitas Palangka Raya (UPR). Salah satunya gedung yang akan dibangun tahun ini yakni gedung SBSN

Agar gedung yang dibangung nantinya dapat beroperasional dengan baik, tentu diperlukan jaringan listrik yang memadai. Hal inilah mendasari adanya kerjasama atau MoU (memorandum of understanding) antara UPR dengan PT. PLN.

Seperti yang disampaikan, Rektor UPR, Dr. Andrie Elia SE,MSi pembangunan Gedung SBSN membutuhkan jaringan listrik sekitar 70 kVA (kilovolt ampere).

“Pembangunan rencananya dilakukan tanggal 22 Januari 2020 nanti. Kita juga memerlukan pasokan listrik sekitar 865 kVA untuk menopang kebutuhan listrik di UPR” kata Andre Elia, rabu (08/1) di Kantor UP3 Palangka Raya Jl. A. Yani Kota Palangka Raya.

Ia berharap keperluan listrik maksimal 865 kVA dapat diselesaikan paling lambat bulan Agustus tahun 2020. Dengan alasan untuk pengujian fasilitas listrik dan Lift gedung baru.

Disisi lain, manager PT.PLN Persero UIW KSKT UP3 Palangka Raya, Faisal Muslim ketika diwawancarai menyampaikan pihak UPR telah mengajukan 865 kVA untuk pemasangan jaringan listrik ke gedung-gedung yang baru.

“Secara kelistrikan, yang jelas kita siap, rencananya (865 kVA) akan bersumber dari dua gardu yakni gardu induk di Sebangau dan Gardu Induk di Palangka Raya, dan kedepanya UPR sudah cukup aman soal kelistrikanya.” kata Faisal.

Faisal juga menginformasikan, untuk sistem kelistrikan yang terhubung dari pembangkit dari Kaltim-Kalsel-Kalteng, saat ini kelistrikan terjadi kelebihan sekitar 300 MW. Sedangkan untuk beban listrik untuk wilayah Palangka Raya sekitar 60 MW.

“PLN siap untuk melistriki seluruh Investor yang berinvestasi di Kalteng. Menjadi pertanyaan investor pertama pasti adalah kesiapan listrik, karena memang investasi pembangkit cukup mahal biayanya”tutupnya.(aa)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *